KEPEMUDAAN DAN KEORGANISASI
Oleh : Bayu Pramutoko, SE,MM
( Dosen Fak Ekonomi Uniska- Kediri )
( Diberikan pada Pembekalan Finalis Duta Wisata Panji – Galuh KOTA KEDIRI –26 – 12 – 2007 )
Berbicara mengenai dinamika pemuda atau
remaja, adalah dengan melihat perkembangan tingkah-tingkah laku
Pemuda/remaja, perkembangan yang lebih terarah dapat dipergunakan pada
tujuan-tujuan hidupnya kelak, akan tetapi sifat yang dinamis itu dapat
menemukan penghalang yang mengakibatkan adanya tingkah laku, di luar
kehormatan atau bersifat pathologis. Pandangan ini mengandung
pengertian bahwa tingkah lakunya dapat dibina dan dituntun kearah
perkembangan yang dianggap paling bernilai di dalam masyarakat.
Beberapa bahasan tentang pemuda dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu diantaranya adalah :
A. Pemuda/Remaja Sebagai Aspek Kultural dan Indivudual.
Konsepsi yang lebih bersifat politis di Indonesia
pada umumnya menentukan batas umur pemuda (misalnya dalam organisasi
gerakan pemuda) “antara 15 sampai 35 tahun hingga 40 tahun “. Akan
tetapi konsepsi serupa ini tidak akan membawa kita lebih maju dalam
usaha memahami pemuda dari sudut perkembangannya. Untuk periodisasi
perkembangan itu secara psychologis pedagogis diperlukan
pertimbangan-petimbangan yang lain.
Dalam membahas kedudukan pemuda/remaja di tengah-tengah masyarakat dalam era melenium seperti sekarang ini,
pandangan resmi dari pandangan para ahli psikologi mengenai sifat
golongan pemuda (15—35 tahun) itu antara lain adalah demikian:
“…….manusia mengalami kejadian
psychologis yang penting yakni pada masa transisi manusia
meninggalkan masa ke kanak-kanakan dan mempersiapkan diri untuk menjadi
orang tua. Masa transisi ini terdiri atas beberapa periode;
periode-periode yang terkenal seperti periode Prae-oubertet, pubertet
sebenarnya dan post-pubertet. ”
Sifat-sifat permulaan dalam
periode-periode tersebut diatas ialah munculnya keinginan menunjukkan
sikap-sikap berani, ingin diperhatikan orang, yang sebenarnya
sifat-sifat tersebut pada permulaan hanya merupakan sifat yang
demonstratif unuk menyembunyikan kegelisahan-kegelisahan yang belum
dikenalnya.
Sikap-sikap ini dikemudian menjadi
sempurna setelah ia dapat menemui dirinya sendiri, menemui harga
kehidupan dan membuat percobaan dengan harga ini serta hasrat untuk
segera masuk ke dalam masyarakat dan mengenal kebudayaan.
Pada masa ini anak muda berusaha
mendapatkan status sebagai manusia; ada kecenderungan untuk berusaha
kearah emansipasi dengan melepaskan taraf ke kanak-kanakan di mana ia
senantiasa harus tunduk kepada kehendak orang tua, karena dianggap
rendah dalam umur, pengalaman dan kecakapan.
Perkembangan yang besar secara physis,
intelektual dan emosional memberikan kepadanya dasar-dasar yang kuat
untuk mendapatkan pengalaman dan pengetahuan dalam banyak lapangan, yang
menjadi daya kritis dengan semakin banyak minat kepada soal-soal
teoritis.Semakin berkembang pengertian serta penghargaan nilai-nilai
semakin terbentuklah pandangan hidup serta cita-cita yang ingin
dikejarnya dengan disertai kegiatan-kegiatan sosial,
yang kini tidak lagi terbatas pada lingkungan rumah dan sekolah
semata-mata. Dalam periode masa muda, sifat-sifat yang berani bertambah
dengan sifat-sifat yang dinamis, revolusioner, radikal dan kritis. Sifat
kepemudaan sudah lebih positif.
Remaja adalah masa kematangan atau
kedewasaan. Masa ini merupakan masa yang paling rawan dalam kehidupan
manusia. Anak muda mempunyai tingkat emosional yang sangat tinggi serta
mudah terpengaruh oleh segala sesuatu yang didengar dan disaksikan. Oleh
karena itu, krisis remaja pada saat ini lebih kompleks dan lebih rawan.
Harapannya adalah pada masa mendatang
mereka akan menjadi tiang masyarakat dan memegang tanggung jawab di
dalamnya. Remaja adalah pemindah warisan dan kejayaan dari generasi tua
ke para remaja atau dari bapak ke cucu. Kalau suatu masyarakat merasa
rugi karena generasi mudanya telah rusak, maka masyarakat itu telah
kehilangan eksistensinya.
B. Permasalah Pemuda/remaja :
- Krisis Sosial / Lingkungan
Lingkungan sosial remaja sangat
mempengaruhi pembentukan jiwa, tujuan, prinsip, dan sebagainya. Apabila
lingkungan telah mengajarkan mereka untuk berbuat menyimpang, maka
perbuatan menyimpang tersebut akan menjadi suatu kebiasaan. Dan apabila
lingkungan mengajarkan mereka untuk berbuat baik meraka tidak akan
terbiasa dan tidak akan bisa untuk berbuat menyimpang. Sehingga sangat
kecil kemungkinan bagi mereka yang telah diajarkan oleh lingkungannya
tentang menghadapi kerasnya hidup yang pernah masalah, dan
menyelesaikannya untuk lari dari masalah mereka ( frustasi ) dan
berakibat melakukan aktivitas yang terlarang, seperti mengkonsumsi
minuman keras dan narkoba sebagai palariannya. Karena mereka terlalu
tegar untuk dirapuhkan.
- Krisis Iman dan Taqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa
Keimanan dan ketaqwaan seorang remaja
sangat mempengaruhi jalan pikiran, tujuan prinsip dan perilaku mereka.
Remaja yang selalu beribadah tetapi imtaqnya kurang maka remaja itu
masih mudah rapuh. Berbeda dengan remaja yang beribadah dengan ikhlas
dan memilih kualitas imtag yang tinggi, dia akan memiliki pengendali
diri ( self controlling ) yang kuat menahan dirinya untuk tidak
terjerumus pada narkoba, karena dengan imtagnya dia akan menjadi tegar
dan berpondasi kuat.
C. Interaksi Sosial Menjelang Dewasa.
Persoalan-persoalan yang penting dalam pertumbuhan seorang pemuda/remaja menjelang dewasa adalah:
1. Pemuda Secara Pribadi dan Masalah Penyesuaian.
Pembicaraan mengenai soal-soal
penyesuaian. Agaknya antara lain hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa
perubahan syarat-syarat hidup itu selalu meminta kemampuan dari setiap
individu untuk menyesuaikan diri sehingga masalah penyesuaian diri
menjadi satu masalah yang serius bagi manusia yang tengah berkembang
itu.
Dengan bertambahnya pengalaman dan
pengetahuan mereka, minat-minat tertentu dapat dikembangkan dan
minat-minat yang lain dapat diadakan. Malahan dengan pengalaman dan
pengetahuan baru itu, dapat ambil minat-minat yang baru pula. Nampaknya
ada hubungan yang erat antara jenis-jenis minat dengan taraf kematangan
seseorang. Pada masa awal, minat umumnya bersifat sangat pribadi dalam
arti kata sangat berpusat pada Aku seorang remaja. Tetapi kemudian akan
tampak bahwa dengan makin dewasa, minat akan berkembang ke arah sifat
sosial. Hal ini nampak baik di dalam kalangan pemuda-pemuda Indonesia
maupun di kalangan pemuda-pemuda di luar negeri yang memiliki sifat
kebudayaan yang berlainan. Minat bergantung pada pengalaman, tetapi
tidak ditentukan olehnya saja sebab sifat-sifat pribadi ikut pula
menentukan perkembangannya. Malahan perkembangan fisik dan
pengaruh-pengaruh kelenjar tubuhnyapun dapat mempengaruhi minat
seseorang.
Kematangan jiwanya dari tahun ke tahun
memperlihatkan perhatian yang mahir pada kaidah-kaidah sosial dan
nilai-nilai kesusilaan yang terdapat dalam masyarakat orang dewasa.
Sehingga makin mendekatkan mereka pada taraf kedewasaan makin kokoh dan
stabil pula minat-minat mereka terhadap soal-soal tertentu. Umumnya,
minat-minat mereka disesuaikan hampir-hampir “dengan sendirinya” dengan
norma-norma sosial. Hanya di dalam situasi tertentu di mana seorang
pemuda menghendaki sesuatu bentuk yang menyimpang dari norma sosial,
barulah mulai timbul persoalan yang serius bagi pemuda/remaja itu
sendiri. Keadaan serupa ini dapat menimbulkan situasi konflik yang
sangat mempengaruhi sikap dan perbuatan mereka.
Sikap sebagai sebuah bentuk perkembangan,
adalah penting sekali di dalam menentukan perbuatan seseorang, oleh
karena unsur-unsur penting di dalam sikap mencakup sifat-sifat seperti
taraf pengetahuan prasangka, pandangan-pandangan terpola,
kecenderungan-kecenderungan serta perasaan-perasaan tertentu mengenai
setiap hal, baik di dalam arti yang positif maupun
negatif.Prasangka-prasangka yang tertanam sedemikian awal itu nampak
kemudian sangat besar pengaruhnya terhadap proses pembentukan Konsep-Aku
pada pemuda/remaja.
Secara umum, aspek kepribadian di bidang
sikap ini dapat dikatakan lebih bersifat idealistis daripada bersifat
realistis. Hal ini menimbulkan kecenderungan mereka untuk – bila
diperlukan — tidak mengikuti “cara” orang dewasa yang usang”. Hanya di
dalam hal-hal yang bersifat intelektuil nampak bahwa adolesen lebih
mudah berpedoman pada pandangan-pandangan orang dewasa, dan bersedia
untuk mengikuti sebanyak mungkin.
Sikap-sikap penyesuaian diri para pemuda selanjutnya berkaita dengan :
- Pemuda/remaja dengan Keluarga
- Pemuda/remaja dengan sesame pemuda
- Pemuda/remaja dengan masyarakat.
2. Pemuda/remaja di Persimpangan Jalan
Makin hari makin ramai dibicarakan orang
gejala meningkatnya kenakalan atau kejahatan remaja. Sebagian cenderung
mempersalahkan sekolah yang gagal menjalankan fungsinya, sebahagian
lagi menyalahkan orangtua (terutama dari apa yang disebut golongan
“elite”), sebagian lagi menyalahkan kebudayaan Barat. Ada pula yang
menyalahkan pemuda itu sendiri. Bilamana dapat diketahui dengan lebih
pasti jumlah dan jenis kenakalan atau kejahatan yang dilakukan oleh
para remaja, kita akan lebih tertegun.
Kejahatan kanak-kanak adalah pengertian
juridis, yang menetapkan batas umur tertentu dimana seorang remaja
dihadapkan pada pengadilan kanak-kanak bila ketahuan berbuat salah.
Pengertian ini terbatas sekali sifatnya sebab tidaklah mempersoalkan
kenakalan-kenakalan atau bentuk-bentuk protes yang dimanifestasikan oleh
para pemuda dengan tidak usah merupakan sesuatu kejahatan (ditinjau
dari ketertiban umum). Kenakalan pemuda sebagian besar adalah persoalan
psychologis dan biososial.
Secara populer terdapat pula pendapat
bahwa para pemuda yang tergolong nakal pada umumnya adalah pemuda-pemuda
yang bertingkat inteligensi rendah. Tetapi penyelidikan-penyelidikan
tidak membuktikan kebenaran pendapat tersebut. Kejahatan kanak-kanak
terdapat di kalangan pemuda yang berinteligensi agak rendah maupun di
kalangan muda yang memiliki inteligensi cukup tinggi.
Penyelidikan-penyelidikan tersebut selanjutnya tidak dapat membenarkan
pendapat bahwa memang terdapat jenis kelompok manusia tertentu yang
mempunyai sifat-sifat kelompok jahat.Akan tetapi di dalam kenyataan
sehari-hari memang dapat terjadi bahwa kasus-kasus yang dihadapi oleh
petugas-petugas hukum dan oleh para pendidik akan banyak terdiri dari
mereka yang tidak tergolong cerdas.
Di dalam keadaan serupa ini, adalah tugas
masyarakat untuk menyusun rencana-rencana kegiatan “lingkungan ketiga”
(yaitu di dalam masyarakat sendiri, sesudah keluarga dan sekolah) yang
bernilai edukatif dan rekreatif. Banyak kegiatan sosial yang dapat
dilakukan oleh para pemuda, dan yang akan dilakukan oleh mere-ka dengan
kegairahan, bilamana saja penyusunan program itu benar-benar
berorientasi pada tahap-tahap perkembangan pemuda.
Organisasi pencinta alam, organisasi
kepanduan, kegiatan-kegiatan ilmiah regu-regu kesejahteraan sosial,
olahraga dan kesenian, dan banyak lagi ternyata selalu menarik perhatian
mereka untuk mereka jadikan bidang-bidang eksplorasi membentuk pribadi
dan menemukan identitas mereka.
II. ORGANISASI DAN MANAJEMEN
Banyak pertanyaan yang sering muncul ketika kita masuk atau mengikuti kegiatan sebuah organisasi diantaranya :
- Motivasi Apa saya masuk organisasi ?
- Apa dan bagaimana itu Organisasi ?
- Siapa saja didalam organisasi ?
- Apa yang kita lakukan di Organisasi ?
- Apa dan bagaimana itu management ?
- Apa pula management organisasi
Motivasi adalah dorongan seseorang untuk
melakukan tindakan atau perbuatan, sehingga seseorang tentunya memiliki
dorongan dalam dirinya untuk masuk sebuah lembaga atau oraganisasi
diantaranya :
- Fisiologis yaitu mencari kebutuhan hidup
- Kasih sayang yaitu dorongan untuk bergaul dengan individu lainya
- Pengakuan yaitu dorongan karena dia ingin diakui
- Penghargaan yaitu dorongan karena dia ingin dihargai kemampuannya.
- Aktualisasi diri yaitu dorongan dia karena ingin memperluas wawasan.
A. PENGERTIAN ORGANISASI
Menurut Indriyo G.S dan Nyoman Sudita “ Organisasi
adalah suatu system yang terdiri dari pola aktivitas kerjasama yang
dilakukan secara teratur dan berulang-ulang oleh sekelompok orang untuk
mencapai suatu tujuan
Organisasi yaitu orang – orang yang
bekerja sama untuk mencapai tujuan yang dilakukan berdasar atas suatu
aturan tertentu dan penjabaran fungsi pekerjaan secara formal.
B. Tujuan dan Manfaat
- Secara umum
Agar proses pekerjaan tercapai dengan
cara diatur, disusun sehingga seluruh pekerjaan dapat diselesaikan
secara efktif dan efisien.
- Secara khusus
- Bidang agama 5. meningkatkan pendidikan moral dan iman.
- Bidang sosial 6. kemanusiaan
- Bidang ekonomi 7. mencari laba
- Bidang politik 8. mencari kekuasaan
c. Manfaat yang diharapkan adalah agar
pelaksanaan tugas dilakukan lebih baik terkoordinir dan tujuan serta
jalannya pekerjaan tercapai secara efektif dan efisien.
- C. Asas / prinsip organisasi
- Asas / prinsip perumusan dan penentuan tujuan
- Asas / prinsip pembagian kerja
- Asas / prinsip pendelegasian wewenang
- Asas / prinsip organisasi
- Asas / prinsip efisiensi sederhana
- Asas / prinsip pengawasan umum
- Struktur Organisasi Garis
Digunakan pada perusahaan / lembaga yang sederhana / kecil
- Struktur Organisasi Fungsional
Susunan organisasi yang memberikan gambaran pembagian tugas dan wewenang menurut fungsi pekerjaan
III. PENGERTIAN MANAGEMEN SECARA UMUM
Managemen yaitu proses yang terdiri dari
rangkaian kegiatan. Kegiatan : perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, pengendalian / pengawasan yang dilakukan untuk mencapai
tujuan tertentu yang ditetapkan melalui pemanfaatan SDM dan sumber daya
lainnya.
A. MANAGEMEN SEBAGAI ILMU DAN SENI
- 1. MANAGEMEN SEBAGAI ILMU
Diartikan sebagai upaya pencapaian tujuan
dengan pendekatan, menjelaskan fenomena, gejala, dan
mentransformasikan dan mengidentifikasikan berdasar kaidah ilmiah.
Ciri – ciri :
(1). Prinsip – prinsip managemen dapat dipelajari
(2). Pengambilan keputusan didekati dengan kaidah ilmiah
(3). Obyek dan sarana sebagian elemen bersifat materi
2. MANAGEMEN SEBAGAI SENI
Diartikan sebagai pendekatan pencapaian tujuan lebih banyak dipengaruhi oleh kekuatan pribadi, bakat, karakter pelaku managemen.
Ciri – ciri :
(1). Keberhasilan pencapaian tujuan dipengaruhi oleh sifat dan bakat
(2). Dalam proses pencapaian tujuan melibatkan unsur naluri, perasaan dan intelektual
(3). Faktor yang menentukan keberhasilan dalam pekerjaan adalah kekuatan pribadi yang kreaif ditambah skill.
B. FUNGSI – FUNGSI MANAGEMEN
Fungsi manager dalam managemen secara menyeluruh :
(1). Planing atau perencanaan
Merencanakan kegiatan yang hendak dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(2). Organising atau pengorganisasian
Menyusun, menentukan, menetepkan, jenis tugas dan kewajiban setiap fungsi.
(3). Staffing atau penyusunan staf
Penyusunan dan penetapan serta
pengembangan meliputi kegiatan mulai merekrut pegawai, usaha
memanfaatkan, mengembangkan sampai mendayaguna secara maksimal.
(4). Directing atau pengarahan
Memberikan komando, mengerakkan dengan
memberi perintah, juga memberikan kepemimpinan kepada bawahan supaya
dapat melaksanakan tugas secara efektif dan efisien.
(5). Coordinating atau pengkoordinasian
Yaitu mengkoordinir seluruh pekerjaan diantara pekerjaan yang satu dengan yang lain merupakan totalitas.
(6). Controlling atau pengawasan
Usaha untuk memberikan penilaian,
koreksi, evaluasi atas semua kegiatan dan secara terus – menerus
melakukan monitoring baik pekerjaan yang sedang dilakukan ataupun
pekerjaan yang sudah dilakukan.
C. Efektifitas Individu, Kelompok, dan Organisasi
Efektifitas dapat diartikan sebagai
sebuah prestasi (perfomance) Individu, Kelompok, dan organisasi. Semakin
berprestasi seseorang, Kelompok ataupun organisasi, semakin
menunjukkan efektivitasnya. Analisis terhadap perilaku Organisasional
(organizational befavior) terdiri dari tingkatan (level) yaitu Individu,
Kelompok, dan organisasi.
Perspektif Terhadap Efektifitas dapat
diidentifikasi menjadi efektifitas Individu,kelompok, dan organisasi.
Penyebab Efektifitas tidak lain adalah adanya Individu, Kelompok, dan
organisasi. Seperti ditunjukkan pada gambar berikut ini
Efektifitas Individu
- Kemampuan
- Keahlian
- Pengetahuan
- Sikap
- Motivasi
- Stres
Efektifitas kelompok
- Keakraban
- Kepemimpinan
- Struktur
- Status
- Peranan
- Norma
Efektifitas Organisasi
- Lingkungan
- Teknologi
- Pemilihan
- Strategi
- Struktur
- Proses
- Kultur
Keterangan:
- Menunjukkan bahwa Efektifitas Kelompok Lebih Tinggi dibandinkan dengan sekedar penjumlahan individu.
- Begitu Juga efektifitas Organisasi adalah lebih tinggi dibandingkan dengan penjumlahan efektifitas kelompok.
- Hal ini menunjukkan bahwa prestasi organisasi lebih tinggi dibandingkan dengan penjumlahan prestasi bagian-bagian yang ada dalam organisasi.
Pendekatan Efektifitas è
untuk dapat mencapai suatu target sasaran efektifitas organisasi
memerlukan beberapa pendekatan yang akan berguna untuk memberikan jalur
searah dalam mencapai tujuan organisasi. Pendekatan tersebut :
- Pendekatan Tujuan ð menetapkan suatu target yang akan dicapai oleh organisasi dan efektivitas ditentukan dengan mengukur tercapainya tujuan (target) tersebut.
- 2. Pendekatan Teori Sistem ðTeori sistem ini menekankan pentingnya organisasi terhadap permintaan dari luar (external demand) sebagai kriteria untuk menentukan efektifitas. Bisa dilihat pada alur gambar dibawah ini :
Input ———-à Proses ———-à Output ————-à Lingkungan
********
Sumber: http://bayu96ekonomos.wordpress.com
No comments:
Post a Comment