09 Januari 2014
Oleh: Ibnu Hamad
Kepala Pusat Informasi Dan Hubungan Masyarakat
Perbincangan
Kurikulum 2013 memasuki babak baru, yaitu ikhwal implementasi. Dalam
berbagai kesempatan, para guru yang ikut serta dalam kegiatan
sosialisasi, menyatakan sudah siap melaksanakan Kurikulum 2013.
Dalam sosialisasi yang digelar Pemerintah Propinsi Kalimantan Selatan
di Banjarmasin, sebagai contoh, para guru mengaku sudah memahami
Kurikulum 2013 dan meminta agar
buku-bukunya segera diberikan kepada mereka. Para guru yang mengikuti
sosialisasi yang dihelat Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah
Muhammadiyah di Malang, sebagai contoh lainnya, menyatakan bahwa mereka
bukan berada pada posisi mendukung atau menolak, tetapi dalam posisi
siap melaksanakan Kurikulum 2013.
Fase ini kiranya harus dicatat sebagai penanda tersendiri mengingat
adanya dua penanda yang mendahuluinya. Pertama, fase
penerimaan/penolakan; dan kedua, fase kesiapan penerapan Kurikulum 2013.
Ketika desain kurikulum ini dilontarkan kepada publik sekitar awal
Nopember 2012, yang mengemuka adalah sikap pro dan kontra. Diwakili oleh
minoritas yang vokal (vocal minority), pendapat yang menolak terlihat cukup menonjol melalui sejumlah pemberitaan di media massa. Sementara mayoritas yang diam (silent majority)
menyatakan sikap penerimaannya melalui saluran komunikasi yang lain.
Dari hasil uji publik pada laman daring maupun secara tatap muka
diperoleh angka rata-rata di atas 70% sang mayoritas yang diam menyatakan setuju.
Setelah memperoleh dukungan dari berbagai pihak, opini pun bergeser
ke isu kesiapan menerapkan kurikululum ini. Kembali, adalah para
minoritas yang vokal yang mempertanyakan soal kesiapan ini, melalui
media massa. Waktu enam bulan terhitung mulai bulan Januari hingga Juni
2013, mereka anggap tidak dicukup untuk melakukan persiapan.
Setelah Buku Kemudian Guru
Sesuai dengan peta jalan pelaksanaan Kurikulum 2013, penyusunan dan
pengadaan buku merupakan langkah berikut setelah penyelesaian desain
kurikulum. Setelah itu adalah pelatihan guru, sebelum akhirnya
diterapkan pada tahun ajaran baru sekitar bulan Juli 2013.
Untuk desain, Kurikulum 2013 boleh dikatakan telah selesai pada pekan
pertama Januari 2013. Dengan mempertimbangkan berbagai hal termasuk
opini yang berkembang di tengah masyarakat, Tim Kurikulum 2013 yang
dikoordinasikan oleh Badan Litbang Kemdikbud menyepakati bahwa untuk
kurikulum SD memakai pendekatan tematik-integratif dari kelas 1 sampai
dengan kelas 6; sedangkan untuk kurikulum SMP dan SMP berbasis mata
pelajaran.
Disamping itu, Tim juga menyepakati bahwa kurikulum yang disusun ini
adalah desain minimalis. Maknanya, pemerintah daerah masih bisa
memaksimalkan kurikulum ini bilamana ingin menambahkan mata pelajaran
yang diaggap relevan, seperti bahasa Inggris dan Bahasa Daerah.
Sedangkan untuk pelaksanaannya, Tim mengambil keputusan bahwa dalam
tahun 2013, Kurikulum 2013 akan diterapkan untuk kelas 1 dan kelas 4 SD,
kelas 1 SMP dan kelas 1 SMA. Khusus untuk jenjang SD, pelaksanaannya
tidak serempak melainkan hanya 30% dari seluruh SD se-Indonesia.
Ketika artikel ini ditulis, Tim Kurikulum 2013 sedang menuntaskan
penulisan buku untuk kelas 1 dan kelas 4 SD, kelas 1 SMP dan kelas 1
SMA. Diharapkan akhir Februari atau awal Maret 2013 naskah buku telah
selesai. Jika telah jadi, akan segera dilakukan lelang terbuka untuk
pencetakan dan distribusi buku.
Baik diketahui, sesuai dengan pendekatan yang dipakai, untuk
buku-buku SD, bukanlah buku mata pelajaran melainkan buku-buku tematik,
kecuali buku-buku agama. Sedangkan untuk buku-buku SMP dan SMA adalah
buku-buku mata pelajaran.
Kelak buku-buku ini akan diberikan secara gratis baik kepada guru
maupun untuk siswa. Dengan demikian, pengadaan buku ini tidak akan
membebani orang tua di satu sisi, dan diharapkan mampu menekan
beredarnya buku-buku yang dapat menimbulkan kontraversi, di sisi lain.
Selanjutnya, buku-buku inilah yang akan menjadi materi dalam
pelatihan guru karena buku-buku ini bukan hanya memuat substansi
pelajaran melainkan pula cara pengajarannya. Maklumlah, Kurikulum 2013
mengarahkan proses pembelajaran harus bisa medorong siswa untuk:
mengamati (observing), menanya (questioning), menalar (associating), mencoba (experimenting), dan membentuk jejaring (networking).
Tidak semua guru dari seluruh kelas dan jenjang akan dilatih pada
tahun 2013. Sesuai dengan rencana impelementasi, yang dilatih adalah 30%
dari guru-guru untuk kelas 1 dan kelas 4 SD seluruh Indonesia, serta
guru-guru kelas 1 SMP dan kelas 1 SMA. Pelatihan yang disertai dengan
pendampingan ini direncanakan tuntas pada tahun 2015. Termasuk kedalam
kategori guru ini adalah para kepala sekolah dan pengawas.
Kita sedang menantikan dua tahap yang saling berkaitan ini: pengadaan
buku dan pelatihan guru. Jika keduanya telah rampung, Kurikulum 2013
pun sudah siap diimplementasikan di lapangan. Kita doakan semoga
berjalan sesuai jadwal yang telah direncanakan.
Sumber: http://kemdikbud.go.id
No comments:
Post a Comment