02 Nopember 2014
Mayoritas manusia tentu mendambakan kebahagiaan, menanti ketentraman
dan ketanangan jiwa. Tentu pula semua menghindari dari berbagai pemicu gundah
gulana dan kegelisahan. Terlebih dalam lingkngan keluarga. Ingatlah semua ini
tak akan terwujud kecuali dengan iman kepada Alloh, tawakal dan mengembalikan
semua masalah kepadaNya, disamping melakukan berbagai usaha yang sesuai
dengan syari'at.
Pentingnya Keharmonisan Keluarga Yang paling berpengaruh buat pribadi
dan masyarakat adalah pembentukan keluarga dan komitmennya pada kebenaran.
Alloh dengan hikmahNya telah mempersiapkan tempat yang mulia buat manusia
untuk menetap dan tinggal dengan tentram di dalamnya. FirmanNya: "dan diantara tanda-tanda kekuasanNya adalah Dia
mencipatakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung
dan merasa tentram kepadanya dan diajadikanNya diantara kamu rasa kasih
sayang. Sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berpikir." (Ar Rum: 21)
Ya.supaya engkau cenderung dan merasa tentram kepadanya (Alloh tidak
mengatakan: 'supaya kamu tinggal bersamanya'). Ini menegaskan makna tenang
dalam perangai dan jiwa serta menekankan wujudnya kedamaian dalam berbagai
bentuknya.
Maka suami istri akan mendapatkan ketenangan pada pasangannya di kala
datang kegelisahan dan mendapati kelapangan di saat dihampiri kesempitan.
Sesungguhnya pilar hubungan suami istri adalah kekerabatan dan pershabatan
yang terpancang di atas cinta dan kasih sayang. Hubungan yang mendalam dan
lekat ini mirip dengan hubungan seseorang dengan dirinya sendiri. Al Qur'an
menjelaskan: "Mereka itu pakaian
bagimu dan kamu pun pakaian baginya." (Al Baqarah: 187)
Terlebih lagi ketika mengingat apa yang dipersiapkan bagi hubungan ini
misalnya; penddidikan anak dan jaminan kehidupan, yang tentu saja tak akan
terbentuk kecuali dalam atmosfir keibuan yang lembut dan kebapakan yang
semangat dan serius. Adakah di sana komunitas yang lebih bersih dari suasana
hubungan yang mulia ini?
Pilar Peyangga Keluarga Islami
1. Iman dan Taqwa
Faktor pertama dan terpenting adalah iman kepada Alloh dan hari akhir, takut kepada Dzat Yang memperhatikan segala yang tersembunyi serta senantiasa bertaqwa dan bermuraqabbah (merasa diawasi oleh Alloh) lalu menjauh dari kedhaliman dan kekeliruan di dalam mencari kebenaran.
"Demikian diberi pengajaran
dengan itu, orang yang beriman kepada Alloh dan hari akhirat. Barang siapa
yang bertaqwa kepada Alloh niscaya Dia kan mengadakan baginya jalan keluar.
Dan Dia kan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan
barang siapa yang bertaqwa kepada Alloh niscaya Alloh akan mencukupkan
keperluannya." (Ath Thalaq: 2-3)
Di antara yang menguatkan tali iman yaitu bersungguh-sungguh dan
serius dalam ibadah serta saling ingat-mengingatkan. Perhatikan sabda
Rasululloh: "Semoga Alloh merahmati
suami yang bangun malam hari lalu shalat dan membangunkan pula istrinya lalu
shalat pula. Jika enggan maka dipercikkannya air ke wajahnya. Dan semoga
Alloh merahmati istri yang bangun malam hari lalu shalat dan membangunkan
pula suaminya lalu shalat pula. Jika enggan maka dipercikkannya air ke
wajahnya." (HR. Ahmad, Abu Dawud, An Nasa'i, Ibnu Majah).
Hubungan suami istri bukanlah hubungan duniawi atau nafsu hewani namun
berupa interaksi jiwa yang luhur. Jadi ketika hubungan itu shahih maka dapat
berlanjut ke kehidupan akhirat kelak. FirmanNya: "Yaitu surga 'Adn yang mereka itu masuk di dalamnya
bersama-sama orang yang shaleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak
cucunya." (Ar Ra'du: 23)
2. Hubungan Yang Baik
Termasuk yang mengokohkan hal ini adalah pergaulan yang baik. Ini tidak akan tercipt akecuali jika keduanya saling mengetahui hak dan kewajibannya masing-masing.
Mencari kesempurnaan dalam keluarga dan naggotanya adalah hal mustahil
dan merasa frustasi daklam usha melakukan penyempurnan setiap sifat mereka
atau yang lainnya termasuk sia-sia juga.
3. Tugas Suami
Seorang suami dituntut untuk lebih bisa bersabar ketimbang istrinya, dimana istri itu lemah secara fisik atau pribadinya. Jika ia dituntut untuk melakukan segala sesuatu maka ia akan buntu.
Teralalu berlebih dalam meluruskannya berarti membengkokkannya dan
membengkokkannya berarti menceraikannya. Rasululloh bersabda: "Nasehatilah wanita dengan baik. Sesungguhnya mereka diciptakan
dari tulang rusuk dan bagian yang bengkok dari rusuk adalah bagian atasnya.
Seandainya kamu luruskan maka berarti akan mematahkannya. Dan seandainya kamu
biarkan maka akan terus saja bengkok, untuk itu nasehatilah dengan
baik." (HR. Bukhari, Muslim)
Jadi kelemahan wanita sudah ada sejak diciptakan, jadi bersabarlah
untuk menghadapinya. Seorang suami seyogyanya tidak terus-menerus mengingat
apa yang menjadi bahan kesempitan keluarganya, alihkan pada beberapa sisi
kekurangan mereka. Dan perhatikan sisi kebaikan niscaya akan banyak sekali.
Dalam hal ini maka berperilakulah lemah lembut. Sebab jika ia sudah
melihat sebagian yang dibencinya maka tidak tahu lagi dimana sumber-sumber
kebahagiaan itu berada. Alloh berfirman;
"Dan
bergaullah bersama mereka dengan patut. Kemudian jika kamu tidak menyukai
mereka maka bersabarlah Karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu padahal
Aloh menjadikannya kebaikan yang banyak." (An Nisa': 19)
Apabila tidak begitu lalu bagaimana mungkin akan tercipta ketentraman,
kedamaian dan cinta kasih itu: jika pemimpin keluarga itu sendiri berperangai
keras, jelek pergaulannya, sempit wawasannya, dungu, terburu-buru, tidak
pemaaf, pemarah, jika masuk terlalu banyak mengungkit-ungkit kebaikan dan
jika keluar selalu berburuk sangka.
Padahal sudah dimaklumi bahwa interaksi yang baik dan sumber
kebahagiaan itu tidaklah tercipta kecuali dengan kelembutan dan menjauhakan
diri dari prasangka yang tak beralasan. Dan kecemburuan terkadang berubah
menjadi prasangka buruk yang menggiringnya untuk senantiasa menyalah
tafsirkan omongan dan meragukan segala tingkah laku. Ini tentu akan membikin
hidup terasa sempit dan gelisah dengan tanpa alasan yang jelas dan benar.
4. Tugas Istri
Kebahagiaan, cinta dan kasih sayang tidaklah sempurna kecuali ketika istri mengetahui kewajiban dan tiada melalaikannya. Berbakti kepada suami sebagai pemimpin, pelindung, penjaga dan pemberi nafkah. Taat kepadanya, menjaga dirinya sebagi istri dan harta suami. Demikian pula menguasai tugas istri dan mengerjakannya serta memperhatikan diri dan rumahnya.
Inilah istri shalihah sekaligus ibu yang penuh kasih sayang, pemimpin
di rumah suaminya dan bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Juga
mengakui kecakapan suami dan tiada mengingkari kebaikannya. Untuk itu
seyogyanya memaafkan kekeliruan dan mangabaikan kekhilafan. Jangan
berperilaku jelek ketika suami hadir dan jangan mengkhianati ketika ia pergi.
Dengan ini sudah barang tentu akan tercapai saling meridhai, akan
langgeng hubungan, mesra, cinta dan kasih sayang.
Dalam hadits: "Perempuan mana yang meninggal dan suaminya ridha kepadanya
maka ia masuk surga." (HR. Tirmidzi, Hakim, Ibnu
Majah)
Maka bertaqwalah wahai kaum muslimin! Ketahuilah bahwa dengan dicapainya
keharmonisan akan tersebarlah semerbak kebahagiaan dan tercipta suasana yang
kondusif bagi tarbiyah.
Selain itu tumbuh pula kehidupan di rumah yang mulia dengan dipenuhi
cinta kasih dan saling pengertian anatar sifat keibuan yang penuh kasih
sayang dan kebapakan yang tegas, jauh dari cekcok, perselisihan dan saling
mendhalimi satu sama lain. Juga tak ada permusuhan dan saling menyakiti.
Lurusnya keluarga menjadi media untuk menciptakan keamanan masyarakat.
Bagaimana bisa aman bila ikatan keluarga telah amburadul. Padahal Alloh
memberi kenikmatan ini yaitu kenikmatan kerukunan keluarga, kemesraan dan
keharmonisannya.
Hubungan suami istri yang sangat solid dan fungsinya sebagai orang tua
di tambah anak-anaknya yang tumbuh dalam asuhan mereka, merupakan gambaran
umat terkini dan masadepan. Karena itu ketika setan berhasil menceraikan
hubungan keluarga dia tidak sekadar menggoncangkan sebuah keluarga namun juga
menjerumuskan masyarakat seluruhnya ke dalam kebobrokan yang merajalela.
Realita sekarang menjadi bukti.
Semoga Alloh merahmati pria yang perilakunya terpuji, baik hatinya,
pandai bergaul (terhadap keluarga), lemah lembut, pengasih, penyayang, tekun,
tidak berlebihan dan tiada lalai dengan kewajibannya. Semoga Alloh merahmati
pula wanita yang tidak mencari-cari kekeliruan, tidak cerewet, shalihah, taat
dan memelihara dirinya ketika suaminya tidak ada karena Alloh telah
memeliharanya.
Bertaqwalah wahai kaum muslimin,
wahai suami istri. Barang siapa yang bertaqwa kepada Alloh niscaaya akan dimudahkan
urusannya. (Syeikh Shalih bin Abdullah
bin Al Humaid).
Semoga bermanfaat, Amin...
|
No comments:
Post a Comment