Wednesday, January 8, 2014

Menyongsong Penerapan Kurikulum 2013

09 Januari 2014

 

Oleh: Ibnu Hamad
Kepala Pusat Informasi Dan Hubungan Masyarakat

Perbincangan Kurikulum 2013 memasuki babak baru, yaitu ikhwal implementasi. Dalam berbagai kesempatan, para guru yang ikut serta dalam kegiatan sosialisasi, menyatakan sudah siap melaksanakan Kurikulum 2013.
Dalam sosialisasi yang digelar Pemerintah Propinsi Kalimantan Selatan di Banjarmasin, sebagai contoh, para guru mengaku sudah memahami Kurikulum 2013 dan meminta agar buku-bukunya segera diberikan kepada mereka. Para guru yang mengikuti sosialisasi yang dihelat Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Muhammadiyah di Malang, sebagai contoh lainnya, menyatakan bahwa mereka bukan berada pada posisi mendukung atau menolak, tetapi dalam posisi siap melaksanakan Kurikulum 2013.
Fase ini kiranya harus dicatat sebagai penanda tersendiri mengingat adanya dua penanda yang mendahuluinya. Pertama, fase penerimaan/penolakan; dan kedua, fase kesiapan penerapan Kurikulum 2013.
Ketika desain kurikulum ini dilontarkan kepada publik sekitar awal Nopember 2012, yang mengemuka adalah sikap pro dan kontra. Diwakili oleh minoritas yang vokal (vocal minority), pendapat yang menolak terlihat cukup menonjol melalui sejumlah pemberitaan di media massa. Sementara mayoritas yang diam (silent majority) menyatakan sikap penerimaannya melalui saluran komunikasi yang lain. Dari hasil uji publik pada laman daring maupun secara tatap muka diperoleh angka rata-rata di atas 70% sang mayoritas yang diam menyatakan setuju.  
Setelah memperoleh dukungan dari berbagai pihak, opini pun bergeser ke isu kesiapan menerapkan kurikululum ini. Kembali, adalah para minoritas yang vokal yang mempertanyakan soal kesiapan ini, melalui media massa. Waktu enam bulan terhitung mulai bulan Januari hingga Juni 2013, mereka anggap tidak dicukup untuk melakukan persiapan.

Setelah Buku  Kemudian Guru
Sesuai dengan peta jalan pelaksanaan Kurikulum 2013, penyusunan dan pengadaan buku merupakan langkah berikut setelah penyelesaian desain kurikulum. Setelah itu adalah pelatihan guru, sebelum akhirnya diterapkan pada tahun ajaran baru sekitar bulan Juli 2013.
Untuk desain, Kurikulum 2013 boleh dikatakan telah selesai pada pekan pertama Januari 2013. Dengan mempertimbangkan berbagai hal termasuk opini yang berkembang di tengah masyarakat, Tim Kurikulum 2013 yang dikoordinasikan oleh Badan Litbang Kemdikbud menyepakati bahwa untuk kurikulum SD memakai pendekatan tematik-integratif dari kelas 1 sampai dengan kelas 6; sedangkan untuk kurikulum SMP dan SMP berbasis mata pelajaran.
Disamping itu, Tim juga menyepakati bahwa kurikulum yang disusun ini adalah desain minimalis. Maknanya, pemerintah daerah masih bisa memaksimalkan kurikulum ini bilamana ingin menambahkan mata pelajaran yang diaggap relevan, seperti bahasa Inggris dan Bahasa Daerah.
Sedangkan untuk pelaksanaannya, Tim mengambil keputusan bahwa dalam tahun 2013, Kurikulum 2013 akan diterapkan untuk kelas 1 dan kelas 4 SD, kelas 1 SMP dan kelas 1 SMA. Khusus untuk jenjang SD, pelaksanaannya tidak serempak melainkan hanya 30% dari seluruh SD se-Indonesia.
Ketika artikel ini ditulis, Tim Kurikulum 2013 sedang menuntaskan penulisan buku untuk kelas 1 dan kelas 4 SD, kelas 1 SMP dan kelas 1 SMA. Diharapkan akhir Februari atau awal Maret 2013 naskah buku telah selesai. Jika telah jadi, akan segera dilakukan lelang terbuka untuk pencetakan dan distribusi buku.
Baik diketahui, sesuai dengan pendekatan yang dipakai, untuk buku-buku SD, bukanlah buku mata pelajaran melainkan buku-buku tematik, kecuali buku-buku agama. Sedangkan untuk buku-buku SMP dan SMA adalah buku-buku mata pelajaran.  
Kelak buku-buku ini akan diberikan secara gratis baik kepada guru maupun untuk siswa. Dengan demikian, pengadaan buku ini tidak akan membebani orang tua di satu sisi, dan diharapkan mampu menekan beredarnya buku-buku yang dapat menimbulkan kontraversi, di sisi lain.
Selanjutnya, buku-buku inilah yang akan menjadi materi dalam pelatihan guru karena buku-buku ini bukan hanya memuat substansi pelajaran melainkan pula cara  pengajarannya. Maklumlah, Kurikulum 2013 mengarahkan proses pembelajaran harus bisa medorong siswa untuk: mengamati (observing), menanya (questioning), menalar (associating), mencoba (experimenting), dan membentuk jejaring (networking).
Tidak semua guru dari seluruh kelas dan jenjang akan dilatih pada tahun 2013. Sesuai dengan rencana impelementasi, yang dilatih adalah 30% dari guru-guru untuk kelas 1 dan kelas 4 SD seluruh Indonesia, serta guru-guru kelas 1 SMP dan kelas 1 SMA. Pelatihan yang disertai dengan pendampingan ini direncanakan tuntas pada tahun 2015. Termasuk kedalam kategori guru ini adalah para kepala sekolah dan pengawas.
Kita sedang menantikan dua tahap yang saling berkaitan ini: pengadaan buku dan pelatihan guru. Jika keduanya telah rampung, Kurikulum 2013 pun sudah siap diimplementasikan di lapangan. Kita doakan semoga berjalan sesuai jadwal yang telah direncanakan.
 
Sumber: http://kemdikbud.go.id

Valentine, antara Budaya dan Haram

 09 Januari 2014

Kristen tidak kenal, Islam mengharamkan


Meski perayaan Hari Valentine merupakan warisan bangsa Romawi, Paus Gelasius pada 494 Masehi mengadopsi festival Juno Februata dengan nama baru Festival Purifikasi Perawan Maria. Tanggal pelaksanaannya sempat diubah dari 14 Februari menjadi 2 Februari kemudian dikembalikan lagi.

Sejatinya, para pemimpin gereja ingin menggelar festival pagan itu setelah Kristen menjadi agama resmi Kekaisaran Romawi. Lupercalia termasuk dalam prioritas, namun rakyat Romawi menolak.

Hingga akhirnya Paus Gelasius pada 496 Masehi mulai merayakan Lupercalia dengan diganti nama menjadi Hari Santo Valentinus. Nama ini merujuk pada Santo valentinus, orang suci dieksekusi kaisar Romawi pada 270 Masehi karena kepercayaannya.

Menurut Ensiklopedia Katolik, ada tiga orang bernama Santo Valentinus, satu adalah pastor dari Roma, seorang lagi uskup di Interamna, dan yang lain hidup di Afrika.

Untuk menghapus tradisi kaum penyembah berhala, Gereja Katolik Roma mengganti nama-nama perawan dengan nama orang-orang suci. Mereka menolak arisan seks.

Romo Benny Susetyo, Sekretaris Eksekutif Komisi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan di Konferensi Wali Gereja Indonesia, perayaan Hari Valentine memang tidak terkait agama tertentu. Dia menambahkan Gereja Katolik Roma juga masih memperdebatkan soal sejarah Santo Valentinus.

Menurut dia, Hari Kasih Sayang biasa dirayakan di rumah-rumah di Eropa, bukan dengan pesta-pesta. "Kalau ada gereja merayakan, cuma sekadar menggelar misa," kata Romo Benny saat dihubungi merdeka.com melalui telepon selulernya Senin lalu.

Kalau Nasrani tidak mengenal tradisi Hari Valentine, Islam bahkan mengharamkan merayakannya. "Kalau merayakan berarti ikut mempromosikan kebatilan," ujar Ali Mustafa Yaqub, Imam Besar Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, ketika dihubungi secara terpisah.

Sumber:http://www.merdeka.com