Friday, January 10, 2014

Konflik di Desa Loyok Kembali Muncul




11 Januari 2014

Dua Kubu Nyaris Bentrok



Selong-Konflik di Desa Loyok, Kecamatan Sikur Kabupaten Lombok Timur kembali muncul. Dua kelompok massa antara kelompok pendukung Kepala Desa dan kelompok massa yang nyaris bentrok Jum’at  pagi (10/01/2014). Namun beruntung bentrok tersebut dapat dihindari karena aparat kemanan dari kepolisisan, TNI, dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dapat mengendalikan situasi.
Menurut salah seorang warga setempat Agus, munculnya kembali gesekan antar warga yangkontra dengan yang pro Kades lantaran Kamis yang lalu Kades dating ke kantor desa menjemput temannya untuk pergi melayat. Saat kades Kades dating ke kantornya warga yang kontra melihat kedatangannya. Karena sebelumnya telah ada perjanjian antara warga yang kontra kades tersebut, bahwa Kades tidak diperbolehkan dating ke kantornya selama permasalahan di desa tersebut belum selesai. Atas dasar perjanjian itulah warga yang kontra kembali menyegel kantor desa tersebut karena menganggap kades melanggar perjajnjian.
Karena kantor desa disegel, rencananya akan dilakukan pertemuan antara tokoh agama, dan tokoh masyarakat setempat serta unsure muspika untuk melakukan mediasi agar segel kantor desa dibuka kembali. Karena penyegelan kantor desa tersebut berdampak pada terganggunya pelayanan masyarakat setempat.
Namun sebelum mediasi dilakukan, pendukung kades dating ke kantor desa itu. Melihat kedatangan warga pendukung Kades dating ke kantor desa, warga yang kontra pun mendekat ke kantor desa. Beruntung sebelum dua kubu warga bertemu di kantor desa, Kades Loyok langsung mengambil sikap dengan menghadang warga yang pro dan meminta untuk kembali tidak dating ke kantor desa.
“Disegelnya kembali kantor desa karena Kades dianggap melanggar perjanjian dating ke kantor desa,” tuturnya.
Aparat kepolisian dibantu TNI dan anggota Pol PP menghalau kedua massa. Kapolres Lotim melalui Kapolsek Sikur Iptu Ketut Kanca, mengatakan bentrokan antara kedua kubu massa berhasil dicegah. “Kita sudah melakukan mediasi dan kedua kubu sepakat membuka kembali kantor desa dan melakukan pelayanan kepada masyarakat seperti biasanya,” ucapnya.
Untuk mengantisipasi agar kejadian serupa tidak terulang kembali pihaknya tetap menempatkan anggotanya di kantor desa tersebut.”Kita meminta agar kedua kubu dapat menahan diri dan tidak melakukan tindakan anarkis,”ungkapnya.
Seperti yang diberitakan Koran ini (Red: Radar Lombok )sebelumnya, kisruh di desa Loyok ini muncul karena awalnya adanya dugaan masyarakat terhadap Kades Loyok telah menggunakan anggaran desa untuk kepentingan pribadi. Pemkab Lotim telah menurunkan Inspektorat untuk melakukan audit, namun hasilnya tidak diterima masyarakat dan tetap meminta kades mundur.

Sumber: Koran Radar Lombok/ Sabtu,  11 Januari 2014

Kepada saudara-saudara mari kita tetap menjaga kondusifitas desa dan tidak melakukan anarkisme.
Untuk memberikan komentar mengenai berita ini, silahkan tinggalkan komentar Saudara pada kolom komentar dibawah dalam blog ini.
Dengan tujuan diskusi, mudah-mudahan melalui komentar-komentar  Saudara kita dapat menemukan solusi dan desa kita kembali kondusif. Amin.

MERARIQ SUKU SASAK LOMBOK

11 Januari 2014



Kawin Lari ternyata bukanlah istilah yang negatif bagi sejumlah suku di Indonesia. Buktinya, Kawin Lari bagi suku sasak menunjukkan harga diri seorang pria. Jangan sekali-kali datang kerumah calon dengan membawa mahar. Bagi orang Sasak, Sang pria harus melarikan sang gadis dari rumah sebagai maksud melamarnya.
Usia kampung ini sudah mencapai 300-an. Ketika kebanyakan generasi baru di Pulau Lombok mulai beralih pada modernitas, tidak dengan warga kampung disini. Sade ditempati warga suku Sasak asli yang masih mempertahankan originalitas adat istiadat. Dusun ini terletak di provinsi Nusa Tenggara Barat, tepatnya di Desa Rambitan, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah. Letak dusun ini agak ke selatan pulau Lombok.
Disinilah warga Sasak mempertahankan budaya aslinya sampai 15 generasi. Kampung ini bukan museum. Ini kampung adat yang ditempati oleh penduduk. Memang tidak ada pantangan untuk menikah dengan orang non-Sasak. Hanya saja demi mempertahankan adat, mereka menikah sesama sepupu. Kini kampung Sade didiami 150 rumah dengan total 700 penduduk.
Siang hari di Lombok sangat terik. Namun kampung adat ini sangat rindang dengan atap rumah yang saling berdekatan. Tidak semua penduduk bisa berbahasa Indonesia apalagi manula. Kami ditemani oleh seorang pemandu bernama Pak Enok.
“Pekerjaan utama kami disini petani. Kami menggunakan sistem sawah tadah hujan dengan panen 1 kali setahun. Karena wilayahnya kering dan tak memiliki irigasi, kami juga menanam dengan cara palawija”, tutur Pak Enok.
Ada beberapa jenis bangunan ala suku sasak disini. Alang/Sambi  merupakan Lumbung Padi/tempat penyimpanan padi. Ada 5-6 keluarga yang menyimpan padi disini untuk di konsumsi sendiri.
“Kita simpan padi disini untuk persediaan kalau gagal panen. Jika lumbung padi tidak berfungsi, maka bisa dipakai untuk tidur anak remaja”, tutur Pak Enok.
Tipe pertama rumah Suku Sasak disebut Bale Bontar. Tipe rumah dengan keluarga yang beranak lebih dari satu. Ada lagi yang disebut Bale Podong . Bahasa arsitekturnya rumah minimalis. Di pakai orang sasak yang baru nikah atau keluarga kecil. Bisa juga untuk orang tua yang menghabiskan masa tua. Tipe rumah terakhir disebut Bale Tani – seperti rumah Joglo. Atapnya terbuat dari alang-alang yang bisa bertahan 7 – 10 tahun.
“Atap yang dari alang-alang ini tidak mungkin bocor. Kami juga tidak melapisinya dengan plastik. Satu rumah bisa menghabiskan 25 pikul alang-alang lalu dianyam pakai bambu”, ucap Enok.
“Lantai rumah kami dari tanah liat yang dicampur dengan kotoran sapi. Setiap satu minggu pel-nya pakai kotoran kerbau/sapi yang masih fresh. Keistimewaannya menghilangkan debu, menghangatkan di malam hari dan mengeraskan lantai”, lanjutnya. “Di dalam rumah suku asli Sasak tidak ada ventilasi dan jendela. Hal ini mencerminkan perilaku kehidupan kita supaya tidak melihat/menyalahkan orang lain namun teruslah koreksi diri sendiri”.
Rumah disini tidak ada kamar mandi/toilet. Hanya ada toilet bersama berupa MCK (Mandi-Cuci-kakus) yang disediakan oleh pemerintah. Dulunya dilakukan secara illegal di semak semak.
Beginilah uniknya suku asli Sasak di Kampung Sade. Disini para pejuang cinta melarikan wanita yang dicintai dari orang tuanya. Satu cewek bisa dikompetisi oleh banyak cowok. Tentu saja berkompetisi secara sehat, tidak berantem .
Kawin lari ini tentu dengan kesepakatan kedua belah pihak. Si pria tidak asal menculik gadisnya. Ketika sang gadis bersedia, malam penculikan bisa saja terjadi.  Tentu saja, orang tua tidak boleh tau mengenai rencana pelarian ini. Jika melamar langsung bisa melanggar adat. Alasannya sederhana, agar supaya anak gadisnya tidak dianggap minta seperti barang.
Keesokan harinya  setelah malam pelarian itu– selabar – sebagai utusan melapor ke kepala suku menjelaskan bahwa ada anak gadis yang dilarikan. Tahap selanjutnya barulah bertemu orang tua.
Uniknya lagi, jika malam pelarian itu ketahuan oleh pihak orang tua maka pernikahan tidak bisa dilaksanakan. Jika gagal ada sangsi di pagi harinya. Nah, oleh karena itu perlu ada scenario yang matang untuk melarikan anak gadis orang (haha).  Ada denda sesuai adat jika gagal melakukan pelarian.

Sumber:  http://palingindonesia.com