Saturday, January 18, 2014

PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, SERTA PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA KEPEMUDAAN



PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR  41  TAHUN 2011
TENTANG
PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN  KEPELOPORAN PEMUDA,
SERTA  PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA KEPEMUDAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : 
bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 27 ayat (4), Pasal 29 ayat  (5), dan Pasal 35 ayat  (4) Undang-Undang Republik  Indonesia  Nomor  40  Tahun  2009  tentang Kepemudaan,  perlu  menetapkan  Peraturan  Pemerintah tentang Pengembangan Kewirausahaan dan  Kepeloporan Pemuda,  serta  Penyediaan  Prasarana  dan  Sarana Kepemudaan;

Mengingat  : 
1.     Pasal  5  ayat  (2)  Undang-Undang  Dasar  Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2.     Undang-Undang  Nomor  40  Tahun  2009  tentang Kepemudaan  (Lembaran  Negara  Republik  Indonesia Nomor 148 Tahun 2009, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5067);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan  : 
PERATURAN  PEMERINTAH  TENTANG  PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN  DAN  KEPELOPORAN  PEMUDA,  SERTA  PENYEDIAAN  PRASARANA  DAN  SARANA KEPEMUDAAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1.     Pemuda  adalah  warga  negara  Indonesia  yang memasuki  periode  penting  pertumbuhan  dan perkembangan yang berusia 16  (enam belas) sampai  30 (tiga puluh) tahun.
2.     Kepemudaan  adalah  berbagai  hal  yang  berkaitan dengan  potensi,  tanggung  jawab,  hak,  karakter,  kapasitas, aktualisasi diri, dan cita-cita pemuda.
3.     Pelayanan  kepemudaan  adalah  penyadaran, pemberdayaan,  dan  pengembangan  kepemimpinan, kewirausahaan, serta kepeloporan pemuda.
4.     Pengembangan  kewirausahaan  pemuda  adalah kegiatan mengembangkan  potensi  keterampilan  dan kemandirian berusaha.
5.     Pengembangan kepeloporan pemuda adalah kegiatan mengembangkan  potensi  dalam  merintis  jalan, melakukan  terobosan,  menjawab  tantangan,  dan memberikan jalan keluar atas pelbagai masalah.
6.     Kemitraan  adalah  kerjasama  untuk  membangun potensi  pemuda  dengan  prinsip  saling membutuhkan,  saling  memperkuat,  dan  saling menguntungkan.
7.     Organisasi  kepemudaan  adalah  wadah pengembangan potensi pemuda.
8.     Prasarana  kepemudaan  adalah  tempat  atau  ruang termasuk  lingkungan  yang  digunakan  untuk pelayanan kepemudaan. 
9.     Sarana  kepemudaan  adalah  peralatan  dan perlengkapan  yang  digunakan  untuk  pelayanan kepemudaan.
10.   Masyarakat  adalah  warga  negara  Indonesia  yang mempunyai  perhatian  dan  peranan  dalam  bidang kepemudaan.
11.   Pemerintah  Pusat,  selanjutnya  disebut  Pemerintah, adalah  Presiden Republik  Indonesia  yang memegang kekuasaan  pemerintahan negara Republik  Indonesia sebagaimana  dimaksud  dalam  Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
12.   Pemerintah  daerah  adalah  gubernur,  bupati,  atau walikota,  dan  perangkat  daerah  sebagai  unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
13.   Menteri  adalah  menteri  yang  bertanggung  jawab  menyelenggarakan  urusan  pemerintahan  di  bidang kepemudaan.

BAB II
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB

Pasal  2

(1)    Pengembangan  kewirausahaan  dan  kepeloporan pemuda,  serta  penyediaan  prasarana  dan  sarana kepemudaan merupakan  tugas  dan  tanggung  jawab Pemerintah,  pemerintah  daerah  provinsi,  dan pemerintah daerah kabupaten/kota. 
(2)    Tugas  Pemerintah,  pemerintah  daerah  provinsi,  dan pemerintah  daerah  kabupaten/kota  sebagaimana dimaksud  pada  ayat  (1)  dilakukan  dalam  bentuk memfasilitasi  pengembangan  kewirausahaan  dan kepeloporan pemuda.
(3)    Tanggung  jawab  Pemerintah,  pemerintah  daerah provinsi,  dan  pemerintah  daerah  kabupaten/kota sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1)  dilakukan dalam  bentuk  menyediakan  prasarana  dan  sarana kepemudaan.

Pasal  3
(1)    Pemerintah  memfasilitasi  pengembangan kewirausahaan  dan  kepeloporan  pemuda  lintas provinsi, tingkat nasional, dan internasional.
(2)    Pemerintah  provinsi  memfasilitasi  pengembangan kewirausahaan  dan  kepeloporan  pemuda  lintas kabupaten/kota dan tingkat provinsi.
(3)    Pemerintah  kabupaten/kota  memfasilitasi pengembangan  kewirausahaan  dan  kepeloporan pemuda  lintas  kecamatan  dan  tingkat kabupaten/kota.

Pasal 4
Fasilitasi pengembangan kewirausahaan dan kepeloporan pemuda  sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal  3,  dapat dilaksanakan  melalui  kerjasama  antara  Pemerintah dengan pemerintah daerah atau antarpemerintah daerah sesuai  dengan  ketentuan  peraturan  perundang-undangan.

Pasal 5
(1)       Pemerintah  menyediakan  prasarana  dan  sarana kepemudaan tingkat nasional.
(2)    Pemerintah  daerah  provinsi menyediakan  prasarana dan sarana kepemudaan tingkat provinsi.
(3)    Pemerintah  daerah  kabupaten/kota  menyediakan prasarana  dan  sarana  kepemudaan  tingkat kabupaten/kota.

Pasal  6
(1)       Tugas dan  tanggung  jawab Pemerintah  sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dan Pasal 5 ayat (1) dilaksanakan oleh Menteri.
(2)       Tugas  dan  tanggung  jawab  pemerintah  daerah provinsi  sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal  3  ayat  (2)  dan  Pasal  5  ayat  (2)  dilaksanakan  oleh gubernur.
(3)       Tugas  dan  tanggung  jawab  pemerintah  daerah kabupaten/kota  sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal  3  ayat  (3)  dan  Pasal  5  ayat  (3)  dilaksanakan oleh bupati/walikota.

Pasal 7
(1)    Menteri  dalam  melaksanakan  tugas  dan  tanggung jawabnya berwenang:
a.     menetapkan  rencana strategis nasional mengenai pengembangan  kewirausahaan  dan  kepeloporan pemuda,  serta penyediaan prasarana dan  sarana kepemudaan;
b.     menetapkan  norma,  standar,  prosedur,  dan kriteria  serta  melaksanakan  kebijakan pengembangan  kewirausahaan  dan  kepeloporan pemuda,  serta penyediaan prasarana dan  sarana kepemudaan secara nasional;
c.     menetapkan  syarat  dalam  pengembangan  kewirausahaan  dan  kepeloporan  pemuda,  serta penyediaan  prasarana  dan  sarana  kepemudaan; dan
d.     melakukan  pengawasan  atas  pelaksanaan pengembangan  kewirausahaan  dan  kepeloporan pemuda,  serta penyediaan prasarana dan  sarana kepemudaan. 
(2)    Ketentuan  lebih  lanjut  mengenai  syarat pengembangan  kewirausahaan  dan  kepeloporan pemuda,  serta  penyediaan  prasarana  dan  sarana kepemudaan  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1) huruf c diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 8
Menteri dalam melaksanakan tugas, tanggung jawab, dan kewenangannya  mengoordinasikan  kebijakan  dan program pengembangan kewirausahaan dan kepeloporan pemuda,  serta  penyediaan  prasarana  dan  sarana  kepemudaan  dengan  kementerian  atau  lembaga pemerintah  nonkementerian,  lembaga  nonpemerintah, dan/atau pemerintah daerah serta unsur terkait lainnya.

Pasal 9
Gubernur  dalam  melaksanakan  tugas  dan  tanggung  jawabnya berwenang:
a.  menetapkan  rencana  strategis  provinsi  mengenai pengembangan  kewirausahaan  dan  kepeloporan pemuda,  serta  penyediaan  prasarana  dan  sarana kepemudaan;
b.     melaksanakan  kebijakan  nasional  dan  menetapkan kebijakan  provinsi  mengenai  pengembangan kewirausahaan  dan  kepeloporan  pemuda,  serta penyediaan  sarana  dan  prasarana  kepemudaan tingkat provinsi;
c.     menetapkan syarat dalam penyediaan prasarana dan sarana kepemudaan tingkat provinsi; dan
d.     melakukan  pengawasan  atas  pelaksanaan pengembangan  kewirausahaan  dan  kepeloporan pemuda,  serta  penyediaan  prasarana  dan  sarana kepemudaan tingkat provinsi.

Pasal 10
Bupati/walikota  dalam  melaksanakan  tugas  dan tanggung jawabnya berwenang:
a.     menetapkan  rencana  strategis  kabupaten/kota mengenai  pengembangan  kewirausahaan  dan kepeloporan pemuda, serta penyediaan prasarana dan sarana kepemudaan;
b.     melaksanakan  kebijakan  provinsi  dan  kebijakan nasional serta menetapkan kebijakan kabupaten/kota mengenai  pengembangan  kewirausahaan  dan kepeloporan pemuda, serta penyediaan prasarana dan sarana kepemudaan tingkat kabupaten/kota;
c.     menetapkan syarat dalam penyediaan prasarana dan sarana kepemudaan tingkat kabupaten/kota; dan
d.     melakukan  pengawasan  atas  pelaksanaan pengembangan  kewirausahaan  dan  kepeloporan pemuda,  serta  penyediaan  prasarana  dan  sarana kepemudaan tingkat kabupaten/kota.


Pasal   11
Pengawasan  sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal  7  huruf d, Pasal 9 huruf d, dan Pasal 10 huruf d dilakukan melalui  pengendalian  internal,  koordinasi,  pelaporan, monitoring,  dan  evaluasi  sesuai  dengan  ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB III
PERENCANAAN

Pasal  12
(1)    Pemerintah  mencantumkan  perencanaan pengembangan  kewirausahaan  dan  kepeloporan pemuda,  serta  penyediaan  prasarana  dan  sarana kepemudaan ke dalam:
a.     Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional;
b.     Rencana  Pembangunan  Jangka  Menengah Nasional; dan 
c.     Rencana Pembangunan Tahunan Nasional.
(2)    Pemerintah  daerah  provinsi,  dengan  berpedoman pada  perencanaan  pembangunan  nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) encantumkan perencanaan  pengembangan  kewirausahaan  dan kepeloporan pemuda, serta penyediaan prasarana dan sarana kepemudaan ke dalam:
a.     Rencana  Pembangunan  Jangka  Panjang  Daerah Provinsi;
b.     Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi; dan
c.     Rencana  Pembangunan  Tahunan  Pemerintah Daerah Provinsi.
(3)    Pemerintah  daerah  kabupaten/kota,  dengan berpedoman  pada  perencanaan  pembangunan nasional  dan  perencanaan  pembangunan  daerah provinsi  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1)  dan ayat  (2) mencantumkan  perencanaan  pengembangan kewirausahaan  dan  kepeloporan  pemuda,  serta penyediaan  prasarana  dan  sarana  kepemudaan  ke dalam:
a.     Rencana  Pembangunan  Jangka  Panjang  Daerah Kabupaten/Kota;
b.     Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten/Kota; dan
c.     Rencana  Pembangunan  Tahunan  Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
 (4)  Perencanaan  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1),  ayat  (2),  dan  ayat  (3)  disusun  secara  sistematis, terarah,  terpadu,  berkesinambungan,  dan
memperhatikan  perkembangan  dan  perubahan lingkungan. 

Pasal  13

(1)    Pemerintah  dan  pemerintah  daerah  menetapkan rencana  strategis  yang  memuat  pengembangan kewirausahaan  dan  kepeloporan  pemuda,  serta penyediaan prasarana dan sarana kepemudaan.
(2)    Dalam  menetapkan  rencana  strategis  sebagaimana dimaksud pada ayat  (1), Pemerintah dan pemerintah daerah  berpedoman  pada  Rencana  Pembangunan Jangka  Menengah  sesuai  dengan  kewenangan masing-masing.
(3)    Rencana strategis Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Menteri.
(4)    Rencana  strategis   pemerintah  daerah  sebagaimana dimaksud  pada  ayat  (2)  ditetapkan  oleh  gubernur atau bupati/walikota.
(5)    Gubernur  atau  bupati/walikota  dalam  menetapkan rencana  strategis  pemerintah  daerah  sebagaimana dimaksud  pada  ayat  (4)  harus  selaras  dan  sinergis dengan rencana strategis Pemerintah.

Pasal  14
Pemerintah  atau  pemerintah  daerah  dalam  menyusun rencana pengembangan kewirausahaan dan kepeloporan pemuda,  serta  penyediaan  prasarana  dan  sarana kepemudaan  dapat  menerima  masukan  secara  tertulis dari  organisasi  kepemudaan  dan  masyarakat  dan/atau melalui  konsultasi  publik  sesuai  dengan  ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal  15
Dalam  rangka  mendukung  perencanaan  sebagaimana  dimaksud dalam Pasal 13 dan Pasal 14, Pemerintah dan pemerintah daerah melakukan:
a.     inventarisasi  dan  identifikasi  minat,  bakat,  serta potensi pemuda;
b.     inventarisasi  dan  identifikasi  kebutuhan  penyediaan prasarana  dan  sarana  kepemudaan  secara proporsional;
c.     pengkajian; dan
d.     penetapan  standar,  pedoman,  dan  bimbingan  teknis secara berjenjang. 


BAB IV
PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN PEMUDA

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 16
Pengembangan  kewirausahaan  pemuda  dilaksanakan sesuai  dengan  minat,  bakat,  potensi  pemuda,  potensi daerah, dan arah pembangunan nasional.

Pasal  17
Pemerintah,  pemerintah  daerah,  organisasi  kepemudaan dan/atau  masyarakat  melakukan  penelusuran  dan identifikasi terhadap minat, bakat, serta potensi pemuda.

Pasal  18
(1)    Pemerintah  melakukan  pemetaan  potensi  nasional dalam  rangka  pengembangan  kewirausahaan pemuda.
(2)    Pemerintah  daerah  melakukan  pemetaan  potensi daerah  dalam  rangka  pengembangan  kewirausahaan pemuda.

Bagian Kedua
Fasilitasi Pengembangan
Kewirausahaan Pemuda

Pasal  19
Pengembangan  kewirausahaan  pemuda  dilaksanakan melalui:
a.     pelatihan;
b.     pemagangan;
c.     pembimbingan; 
d.     pendampingan;
e.     kemitraan; 
f.      promosi; dan/atau
g.     bantuan akses permodalan.


Pasal  20
Pemerintah  dan  pemerintah  daerah  sesuai  dengan kewenangan  masing-masing  memfasilitasi  pelatihan, pemagangan,  pembimbingan,  dan  pendampingan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d melalui:
a.   penyediaan  instruktur  atau    fasilitator,  dan  tenaga pendamping;
b.   pengembangan kurikulum;
c.  pendirian inkubator kewirausahaan pemuda;
d.  penyediaan prasarana dan sarana; dan
e.  penyediaan pendanaan.

Pasal 21

(1)    Pemerintah  dan  pemerintah  daerah  sesuai  dengan kewenangan  masing-masing  memfasilitasi  kemitraan sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal  19  huruf  e antara  pemuda  dengan  dunia  usaha,  lembaga pendidikan,  dan  kalangan  profesional  dalam  rangka memperluas jaringan kewirausahaan.
(2)    Fasilitasi  kemitraan  sebagaimana  dimaksud  pada ayat (1) dilakukan melalui:
a.     pengembangan sumber daya manusia;
b.     pemberian bantuan manajemen;
c.     pengalihan teknologi dan dukungan teknis;
d.     perluasan akses pasar;
e.     pengembangan  jaringan kemitraan pemuda  lokal, nasional,  regional,  maupun  internasional; dan/atau
f.      penyediaan  akses   informasi,  akses  peluang usaha, dan akses penguatan permodalan.

Pasal 22
Pemerintah  dan  pemerintah  daerah  sesuai  dengan kewenangan  masing-masing  memfasilitasi  promosi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf f melalui:
a.        penyelenggaraan  pameran  wirausaha  muda,  baik lokal, nasional, regional, maupun internasional.
b.        pengenalan produk atau promosi penggunaan barang dan jasa;
c.     sosialisasi  gagasan  atau  penemuan-penemuan  baru serta  kemudahan  pengurusan  hak  kekayaan intelektual;
d.     pengembangan  jaringan  promosi  dan  pemasaran bersama melalui media  cetak,  elektronik,  dan media luar ruang; dan/atau
e.     gelar karya atau demonstrasi produk.

Pasal 23
(1)    Pemerintah  dan  pemerintah  daerah  sesuai  dengan kewenangan  masing-masing  memfasilitasi  bantuan akses  permodalan  sebagaimana  dimaksud  dalam Pasal  19  huruf  g  dengan  membentuk  lembaga permodalan kewirausahaan pemuda.
(2)    Pembentukan  lembaga  permodalan  kewirausahaan pemuda  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1) dilaksanakan  sesuai  dengan  ketentuan  peraturan perundang-undangan.

Pasal 24
Organisasi  kepemudaan  dan/atau  masyarakat  memfasilitasi  pengembangan  kewirausahaan  pemuda sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal  19,   sesuai  dengan rencana  strategis  yang  ditetapkan  Pemerintah  dan pemerintah daerah.

Pasal 25

Pelaksanaan  pemberian  fasilitasi  pengembangan kewirausahaan  pemuda  oleh  organisasi  kepemudaan dan/atau  masyarakat  sebagaimana  dimaksud  dalam Pasal  24  dilakukan  secara  terkoordinasi  dengan Pemerintah dan pemerintah daerah.

Pasal 26
Pelaku  usaha  dapat  memfasilitasi  pengembangan  kewirausahaan  pemuda  sebagaimana  dimaksud  dalam Pasal  19  melalui  penyelenggaraan  program  tanggung jawab  sosial  perusahaan  serta  program  kemitraan  dan bina  lingkungan  sesuai  dengan  ketentuan  peraturan perundang-undangan.

Pasal  27
Ketentuan  lebih  lanjut  mengenai  tata  cara  pemberian fasilitasi  pengembangan  kewirausahaan  pemuda sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal  19,  Pasal  20,          
Pasal 21, Pasal 22, Pasal 24, dan Pasal 25 diatur dengan Peraturan Menteri.

BAB V
PENGEMBANGAN KEPELOPORAN PEMUDA

Pasal   28
(1)    Pengembangan  kepeloporan  pemuda  dilaksanakan untuk  mendorong  kreativitas,  inovasi,  keberanian melakukan  terobosan,  dan  kecepatan  mengambil keputusan  sesuai  dengan  arah  pembangunan nasional.
(2)    Pengembangan  kepeloporan  pemuda  sebagaimana dimaksud  pada  ayat  (1)  mencakup  aspek  ideologi, politik, hukum,  ekonomi,  sosial, budaya, pertahanan dan keamanan serta ilmu pengetahuan dan teknologi dalam  memahami dan  menyikapi  perubahan lingkungan  strategis,  baik  domestik  maupun  global serta mencegah dan menangani risiko.

Pasal   29
Pengembangan  kepeloporan  pemuda  sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 dilaksanakan melalui:
a.     pelatihan;
b.     pendampingan; dan/atau
c.     forum kepemimpinan pemuda.

Pasal  30
(1)    Pelatihan  sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal  29 huruf  a,  difasilitasi  oleh  Pemerintah  dan  pemerintah daerah  sesuai  dengan  kewenangan  masing-masing melalui:
a.   penyediaan  instruktur  atau  fasilitator  sesuai standar kompetensi;
b.   pengembangan kurikulum;
c.  penyediaan prasarana dan sarana; dan/atau
d.   penyediaan pendanaan.
(2)    Instruktur  atau  fasilitator  sebagaimana  dimaksud pada  ayat  (1)  huruf  a  wajib memiliki  kompetensi  di bidangnya  sesuai  dengan  ketentuan  peraturan perundang-undangan.

Pasal 31
Pendampingan  sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal   29 huruf  b,  difasilitasi  oleh  Pemerintah  dan  pemerintah daerah  sesuai  dengan  kewenangan  masing-masing melalui:
a.     penyediaan tenaga; 
b.     pengembangan aksesibilitas bagi pemuda;
c.     penyediaan prasarana dan sarana; dan/atau
d.     penyediaan pendanaan.

Pasal 32

Forum  kepemimpinan  pemuda  sebagaimana  dimaksud dalam  Pasal  29  huruf  c,  difasilitasi  Pemerintah  dan pemerintah  daerah  sesuai  dengan  kewenangan  masing-masing melalui:
a.     studi pengembangan kepeloporan pemuda; 
b.     konsolidasi,  koordinasi,  dan  sinkronisasi  dengan  pemangku kepentingan; 
c.     aksesibilitas  bagi  pemuda  untuk  berinteraksi  dalam organisasi kepemudaan;
d.     seminar,  lokakarya,  temu konsultasi, dan pertemuan kepemudaan  lainnya  tingkat  daerah,  nasional, dan/atau  internasional;
e.     penyediaan prasarana dan sarana; dan/atau
f.     penyediaan pendanaan.

Pasal 33
Organisasi  kepemudaan  dan/atau  masyarakat memfasilitasi  pengembangan  kepeloporan  pemuda sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal  29  sesuai  dengan rencana  strategis  yang  ditetapkan  Pemerintah  dan pemerintah daerah.

Pasal  34
Pelaksanaan  pemberian  fasilitasi  pengembangan kepeloporan  pemuda  oleh  organisasi  kepemudaan dan/atau  masyarakat  sebagaimana  dimaksud  dalam
Pasal  29  dan  Pasal  33  dilakukan  secara  terkoordinasi dengan Pemerintah dan pemerintah daerah.

Pasal 35
Pelaku  usaha  memfasilitasi  pengembangan  kepeloporan pemuda  sebagaimana  dimaksud  dalam Pasal  29 melalui penyelenggaraan  program  tanggung  jawab  sosial perusahaan  serta  program  kemitraan  dan  bina lingkungan  sesuai  dengan  ketentuan  peraturan perundang-undangan.

Pasal 36
Ketentuan  lebih  lanjut  mengenai  tata  cara  pemberian fasilitasi  pengembangan  kepeloporan  pemuda sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal  29,  Pasal  30,             Pasal 31, dan Pasal 32 diatur dengan Peraturan Menteri. 

BAB VI
PENYEDIAAN PRASARANA DAN
SARANA KEPEMUDAAN

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 37

(1)    Prasarana kepemudaan terdiri atas:
a.  sentra pemberdayaan pemuda;
b.  koperasi pemuda;
c.  pondok pemuda;
d.  gelanggang pemuda atau remaja atau mahasiswa;
e.  pusat pendidikan dan pelatihan pemuda; atau
f.  prasarana  lain  yang  diperlukan  bagi  pelayanan kepemudaan.
(2)    Sarana  kepemudaan  terdiri  atas  peralatan  dan perlengkapan  yang  digunakan  untuk  menunjang prasarana kepemudaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal.

Bagian Kedua
Penyediaan

Pasal 38

(1)    Penyediaan  prasarana  dan  sarana  kepemudaan sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal  37  dilakukan dengan  memperhatikan  potensi,  jumlah,  dan  jenis serta  standar  prasarana  dan  sarana  pada  masing-masing kegiatan yang meliputi:
a.     penyadaran pemuda;
b.     pemberdayaan pemuda; dan
c.     pengembangan  kepemimpinan,  kewirausahaan, dan kepeloporan pemuda.
(2)    Penyediaan  prasarana  dan  sarana  kepemudaan sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1)  dilaksanakan dengan  memperhatikan  kebutuhan  pelayanan  pemuda penyandang cacat.

Pasal 39
Penyediaan  prasarana  dan  sarana  kepemudaan  oleh  Pemerintah dan pemerintah daerah dilaksanakan  sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 40

(1)    Organisasi  kepemudaan  dan/atau masyarakat  dapat menyediakan prasarana dan sarana kepemudaan.
(2)    Penyediaan  dan/atau  pembangunan  prasarana  dan  sarana  kepemudaan  oleh  organisasi  kepemudaan dan/atau  masyarakat  sebagaimana  dimaksud  pada ayat  (1) dilakukan sesuai dengan standar  prasarana  dan  sarana  kepemudaan  berdasarkan  ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3)    Penyediaan  prasarana  dan  sarana  kepemudaan sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1)  dan  ayat  (2) harus  dikoordinasikan  dengan  pemerintah  daerah setempat.
(4)    Organisasi  kepemudaan  dan/atau  masyarakat  yang menyediakan  prasarana  dan  sarana  kepemudaan dapat diberikan fasilitas kemudahan oleh Pemerintah dan/atau  pemerintah  daerah  yang  pelaksanaannya dilakukan  sesuai  dengan  ketentuan  peraturan perundang-undangan.

Pasal 41
(1)       Dalam  hal  dibutuhkan  Pemerintah,  pemerintah daerah, organisasi kepemudaan dan/atau masyarakat dapat  saling  bekerja  sama  dalam  penyediaan prasarana dan sarana kepemudaan. 
(2)       Kerjasama  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1) harus  dinyatakan  dalam  bentuk  perjanjian  yang  sah dan  mengikat  sesuai  dengan  ketentuan  peraturan perundang-undangan.

Bagian Ketiga
Pengelolaan

Pasal 42
Pengelolaan prasarana dan sarana kepemudaan meliputi:
a.  pemanfaatan;
b.  pemeliharaan; dan
c.  pengawasan.

Pasal 43

(1)       Pemanfaatan  prasarana  dan  sarana  kepemudaan sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal  42  huruf  a bertujuan untuk meningkatkan upaya pengembangan pelayanan kepemudaan.
(2)       Pemanfaatan  prasarana  dan  sarana  kepemudaan sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1)  dilakukan dengan memperhatikan fungsi sosial dan budaya. 
(3     Pemanfaatan  prasarana  dan  sarana  kepemudaan selain  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1)  dapat dilakukan  sepanjang  tidak  mengganggu  kegiatan pelayanan kepemudaan dan tidak merusak prasarana dan  sarana kepemudaan.

Pasal 44
Pemanfaaatan  prasarana  dan  sarana  kepemudaan sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal  42  huruf  a dilaksanakan  secara  efektif,  efisien,  optimal,  dan
profesional.

Pasal  45
(1)       Pemeliharaan  prasarana  dan  sarana  kepemudaan sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal  42  huruf  b ditujukan  agar  prasarana  dan  sarana  kepemudaan dapat digunakan sesuai dengan fungsinya.
(2)       Pemeliharaan  prasarana  dan  sarana  kepemudaan sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1)  harus dilaksanakan sesuai dengan standar yang ditetapkan dan  dilakukan  secara  efektif,  efisien,  dan berkesinambungan dengan menyediakan antara lain:
a.  tenaga pemelihara yang kompeten;
b.  kelengkapan sarana pemeliharaan sesuai standar; dan
c.  dukungan pendanaan.

Pasal 46

(1)       Pengawasan  prasarana  dan  sarana  kepemudaan sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal  42  huruf  c menjadi  tanggung  jawab  Pemerintah,  pemerintah daerah  provinsi,  dan  pemerintah  daerah kabupaten/kota.
(2)       Organisasi  kepemudaan  dan/atau masyarakat  dapat berperan  serta  dalam  pengawasan  pemanfaatan  dan pemeliharaan prasarana dan sarana kepemudaan.
(3)       Pengawasan atas prasarana dan sarana kepemudaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk menjamin:
a.        pemanfaatan  prasarana  dan  sarana  kepemudaan dilakukan  secara  efektif,  efisien,  optimal,  dan profesional; dan
b.        pemeliharaan prasarana dan sarana kepemudaan dilakukan sesuai dengan standar yang ditetapkan. 

Pasal   47
(1)    Menteri  bertanggungjawab  atas  pengawasan prasarana dan sarana kepemudaan tingkat nasional.
(2)  Gubernur  bertanggungjawab  atas  pengawasan prasarana dan sarana kepemudaan tingkat provinsi.
(3)    Bupati/walikota  bertanggungjawab  atas  pengawasan prasarana  dan  sarana  kepemudaan  tingkat kabupaten/kota. 

Pasal   48
(1)    Organisasi  kepemudaan  dan/atau masyarakat  dapat melakukan  pengawasan  atas  pemanfaatan  dan pemeliharaan prasarana dan sarana kepemudaan.
(2)    Pengawasan  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1) dilakukan dengan cara menyampaikan:
a.  pendapat, saran, dan/atau usulan; dan
b.  laporan dan/atau pengaduan; 
kepada  instansi  Pemerintah  dan/atau  pemerintah daerah.


Pasal 49

Pengelolaan  prasarana  kepemudaan  yang  telah menjadi barang milik negara atau milik daerah dilakukan  sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB VII
PENDANAAN

Pasal  50

(1)    Sumber  pendanaan  bagi  kegiatan  pengembangan kewirausahaan  dan  kepeloporan  pemuda,  serta penyediaan  prasarana  dan  sarana  kepemudaan diperoleh  dari  Pemerintah  dan  pemerintah  daerah yang  dialokasikan  dalam  Anggaran  Pendapatan  dan Belanja  Negara  dan  Anggaran  Pendapatan  dan Belanja Daerah.
(2)    Selain  sumber  pendanaan  sebagaimana  dimaksud pada  ayat  (1),  pendanaan  kegiatan  pengembangan kewirausahaan  dan  kepeloporan  pemuda,  serta penyediaan  prasarana  dan  sarana  kepemudaan  dapat  diperoleh  dari  organisasi  kepemudaan, masyarakat, dan sumber lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal  51
Peraturan  Pemerintah  ini  mulai  berlaku  pada  tanggal diundangkan.

Agar  setiap  orang  mengetahuinya,  memerintahkan pengundangan  Peraturan  Pemerintah  ini  dengan penempatannya  dalam  Lembaran  Negara  Republik Indonesia.

                                              
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 9 September 2011 
  
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

                        ttd.

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 9 September 2011 

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

PATRIALIS AKBAR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2011 NOMOR 87



















PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 41  TAHUN  2011
TENTANG
PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN  KEPELOPORAN PEMUDA,
SERTA  PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA KEPEMUDAAN

I.   UMUM
Sejarah  perjuangan  bangsa  Indonesia  telah  membuktikan  bahwa pemuda  mempunyai  peran  yang  sangat  penting  dan  strategis  dalam proses  perjuangan,  pembaruan,  dan  pembangunan  bangsa.  Pemuda merupakan kekuatan moral, kontrol sosial, dan agen perubahan yang memiliki  semangat  kejuangan,  sifat  kritis,  idealis,  inovatif,  progresif, dinamis, reformis, dan wawasan jauh ke depan. 
Menyadari akan peran penting dan potensi pemuda bagi pembangunan dan  kemajuan  bangsa  tersebut,  Pemerintah  telah  mengesahkan  dan mengundangkan  Undang-Undang  Nomor  40  Tahun  2009  tentang Kepemudaan.  Undang-Undang  tersebut  memberikan  jaminan perlindungan  dan  kepastian  hukum  atas  eksistensi,  memperkuat posisi,  dan  memberi   kesempatan  kepada  setiap  pemuda  untuk mengembangkan potensi, kapasitas, aktualisasi diri, dan cita-citanya.   Undang-Undang  tersebut  mengamanatkan  untuk  mengatur  lebih lanjut  mengenai   pengembangan  kewirausahaan  dan  kepeloporan pemuda,  serta  penyediaan  prasarana  dan  sarana  kepemudaan.
Pengembangan  kewirausahaan  dan  kepeloporan  dilaksanakan  sesuai dengan  minat,  bakat,  potensi  pemuda,  potensi  daerah,  dan  arah pembangunan  nasional.  Pengembangan  kewirausahaan  pemuda bertujuan  untuk  mengembangkan  potensi  keterampilan  dan kemandirian berusaha. 
Pengembangan  kepeloporan  pemuda  bertujuan  untuk  mendorong kreativitas,  inovasi,  keberanian  melakukan  terobosan  dan  kecepatan mengambil  keputusan  sesuai  dengan  arah  pembangunan  nasional dengan memperhatikan karateristik daerah. Penyediaan prasarana dan sarana  kepemudaan  ditujukan  untuk  melaksanakan  pelayanan kepemudaan.
Pengembangan  kewirausahaan,  kepeloporan  pemuda  difasilitasi  oleh Pemerintah,  pemerintah  daerah,  organisasi  kepemudaan,  dan/atau masyarakat.  Organisasi  kepemudaan  dan/atau masyarakat  diberikan kesempatan  yang  luas  bersama-sama  Pemerintah  dan  pemerintah daerah melaksanakan pengembangan kewirausahaan dan kepeloporan pemuda sehingga diharapkan dapat menciptakan pemuda yang maju, berkarakter, berkapasitas, dan berdaya saing.
Selanjutnya  untuk  memberikan  dukungan  dalam  pelayanan kepemudaan  diperlukan  prasarana  dan  sarana  yang  memadai.
Penyediaan  prasarana  dan  sarana  kepemudaan  tersebut  merupakan tanggung  jawab Pemerintah dan pemerintah daerah, namun demikian  organisasi  kepemudaan  dan/atau  masyarakat  dapat  menyediakan  prasarana   dan   sarana  kepemudaan. Hal  ini  sangat  disadari  bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah mempunyai keterbatasan.
Peraturan Pemerintah ini dimaksudkan untuk melaksanakan  perintah Undang-Undang  Nomor  40  Tahun  2009  tentang  Kepemudaan, khususnya  dalam  pengembangan  kewirausahaan  dan  kepeloporan pemuda, serta penyediaan prasarana dan sarana kepemudaan. Sejalan dengan  hal  tersebut  Peraturan  Pemerintah  ini  mengatur  tugas  dan tanggung jawab, perencanaan, serta pendanaan  mengenai: 
a.  pengembangan kewirausahaan pemuda;
b.  pengembangan kepeloporan pemuda; dan
c.  penyediaan prasarana dan sarana kepemudaan.

II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal  2
Cukup jelas. 
Pasal  3
Cukup jelas. 
Pasal  4
Cukup jelas. 
Pasal 5
Cukup jelas. 
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Koordinasi  dengan  kementerian  atau  lembaga  nonkementerian,  lembaga nonpemerintah,  dan/atau  pemerintah  daerah  serta unsur terkait  lainnya  dilaksanakan  sejak  perencanaan,  pelaksanaan, sampai dengan monitoring dan evaluasi.
Pasal 9
Huruf  a
Cukup jelas.
Huruf  b
Dalam menetapkan kebijakan provinsi, gubernur berpedoman pada  kebijakan  nasional  mengenai  pengembangan kewirausahaan  dan  kepeloporan  pemuda,  serta  penyediaan prasarana dan sarana kepemudaan.
        Huruf  c
               Cukup jelas.
        Huruf  d
               Cukup jelas.
Pasal 10
        Huruf  a
               Cukup jelas.
        Huruf  b
Dalam  menetapkan  kebijakan  kabupaten/kota, bupati/walikota  berpedoman  pada  kebijakan  nasional  dan kebijakan  provinsi  mengenai  pengembangan  kewirausahaan dan  kepeloporan  pemuda,  serta  penyediaan  prasarana  dan sarana kepemudaan.
        Huruf  c
               Cukup jelas.
        Huruf  d
               Cukup jelas.
Pasal 11
        Cukup jelas.
Pasal 12
        Ayat (1)
        Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan  “perencanaan pembangunan nasional” meliputi:
a. Rencana Pembangunan Jangka Panjang;
b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah; dan 
c. Rencana Pembangunan Tahunan.
 Ayat (3)
Yang  dimaksud  dengan  “perencanaan  pembangunan  daerah provinsi” meliputi:
a. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah;
b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah; dan
c. Rencana Pembangunan Tahunan Pemerintah Daerah.
Pasal 13
        Cukup jelas.
Pasal 14
        Cukup jelas.
Pasal 15
        Cukup jelas. 
Pasal 16
Yang  dimaksud  dengan  “arah  pembangunan  nasional”  dalam ketentuan  ini  adalah  arah  pengembangan  kewirausahaan  pemuda yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah.
Pasal 17
        Cukup jelas. 
 Pasal 18
        Cukup jelas. 
Pasal 19
        Cukup jelas.
Pasal  20
        Cukup jelas. 
Pasal  21
        Cukup jelas. 
Pasal 22
        Cukup jelas.
Pasal  23
        Cukup jelas. 
Pasal  24
Fasilitasi  pengembangan  kewirausahaan  pemuda  oleh  organisasi kepemudaan  dan  masyarakat  harus  disesuaikan  dengan  rencana strategis  yang  ditetapkan  oleh  Pemerintah  dan  pemerintah  daerah agar  pemberian  fasilitasi  pengembangan  kewirausahaan  pemuda tersebut  selaras  dan  sinergis  sehingga  dapat memberikan manfaat yang optimal. 
Pasal  25
        Cukup jelas.
Pasal  26
        Cukup jelas. 
Pasal  27
        Cukup jelas.
Pasal  28
        Cukup jelas. 
Pasal  29
        Cukup jelas. 
Pasal   30
        Cukup jelas.
Pasal  31
Cukup jelas.
Pasal   32
          Cukup jelas.
Pasal  33
          Cukup jelas. 
Pasal   34
          Cukup jelas. 
Pasal   35
          Cukup jelas. 
Pasal   36
          Cukup jelas. 
Pasal   37
          Cukup jelas. 
Pasal   38
          Cukup jelas. 
Pasal   39
        Cukup jelas. 
  Pasal  40
        Cukup jelas.
Pasal  41
        Cukup jelas. 
Pasal  42
        Cukup jelas. 
Pasal  43
Ayat (1)
        Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang  dimaksud  dengan  “memperhatikan  fungsi  sosial  dan budaya”  bahwa  pemanfaatan  prasarana  dan  sarana kepemudaan  digunakan  untuk  kepentingan  kegiatan masyarakat  misalnya  bakti  sosial,  pertemuan,  pagelaran kesenian, dan pameran kerajinan.
        Ayat (3)
               Cukup jelas.
Pasal  44
        Cukup jelas. 
Pasal  45
        Cukup jelas.  
Pasal  46
        Cukup jelas.
Pasal  47
        Cukup jelas. 
Pasal  48
        Cukup jelas. 
Pasal  49
        Cukup jelas. 
Pasal  50
        Cukup jelas. 
Pasal  51
        Cukup jelas. 
 
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5238

 Sumber: http://www.kemendagri.go.id/produk-hukum/2011/10/27