Tuesday, January 7, 2014

KEPEMUDAAN DAN KEORGANISASIAN


KEPEMUDAAN DAN KEORGANISASI
Oleh : Bayu Pramutoko, SE,MM
( Dosen Fak Ekonomi Uniska- Kediri )
( Diberikan pada Pembekalan Finalis Duta Wisata Panji – Galuh  KOTA KEDIRI  –26 – 12 – 2007 )

Berbicara mengenai dinamika pemuda atau remaja, adalah dengan melihat perkembangan tingkah-tingkah laku Pemuda/remaja, perkembangan yang lebih terarah dapat dipergunakan pada tujuan-tujuan hidupnya kelak, akan tetapi sifat yang dinamis itu dapat menemukan penghalang yang mengakibatkan adanya tingkah laku, di luar kehormatan atau bersifat pathologis. Pandangan ini mengandung pengertian bahwa tingkah lakunya dapat dibina dan dituntun kearah perkembangan yang dianggap paling bernilai di dalam masyarakat.
Beberapa bahasan tentang pemuda dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu diantaranya adalah :

A. Pemuda/Remaja Sebagai Aspek Kultural dan Indivudual.
Konsepsi yang lebih bersifat politis di Indonesia pada umumnya menentukan batas umur pemuda (misalnya dalam organisasi gerakan pemuda) “antara 15 sampai 35 tahun hingga 40 tahun “.  Akan tetapi konsepsi serupa ini tidak akan membawa kita lebih maju dalam usaha memahami pemuda dari sudut perkembangannya. Untuk periodisasi perkembangan itu secara psychologis pedagogis diperlukan pertimbangan-petimbangan yang lain.
Dalam membahas kedudukan pemuda/remaja di tengah-tengah masyarakat dalam era melenium seperti sekarang ini, pandangan resmi dari pandangan para ahli psikologi mengenai sifat golongan pemuda (15—35 tahun) itu antara lain adalah demikian:
“…….manusia mengalami kejadian psychologis yang penting yakni pada  masa  transisi  manusia meninggalkan  masa ke kanak-kanakan dan mempersiapkan diri untuk menjadi orang tua. Masa   transisi  ini   terdiri   atas beberapa periode; periode-periode yang terkenal seperti periode Prae-oubertet, pubertet sebenarnya dan post-pubertet. ”
Sifat-sifat permulaan  dalam periode-periode tersebut diatas ialah munculnya keinginan menunjukkan sikap-sikap berani, ingin diperhatikan orang, yang sebenarnya sifat-sifat tersebut pada permulaan hanya merupakan sifat yang demonstratif unuk menyembunyikan kegelisahan-kegelisahan yang belum dikenalnya.
Sikap-sikap ini dikemudian menjadi sempurna setelah ia dapat menemui dirinya sendiri, menemui harga kehidupan dan membuat percobaan dengan harga ini serta hasrat untuk segera masuk ke dalam masyarakat dan mengenal kebudayaan.
Pada masa ini anak muda berusaha mendapatkan status sebagai manusia; ada kecenderungan untuk berusaha kearah emansipasi dengan melepaskan taraf ke kanak-kanakan di mana ia senantiasa harus tunduk kepada kehendak orang tua, karena dianggap rendah dalam umur, pengalaman dan kecakapan.
Perkembangan yang besar secara physis, intelektual dan emosional memberikan kepadanya dasar-dasar yang kuat untuk mendapatkan pengalaman dan pengetahuan dalam banyak lapangan, yang menjadi daya kritis dengan semakin banyak minat kepada soal-soal teoritis.Semakin berkembang pengertian serta penghargaan nilai-nilai semakin terbentuklah pandangan hidup serta cita-cita yang ingin dikejarnya dengan disertai kegiatan-kegiatan sosial, yang kini tidak lagi terbatas pada lingkungan rumah dan sekolah semata-mata. Dalam periode masa muda, sifat-sifat yang berani bertambah dengan sifat-sifat yang dinamis, revolusioner, radikal dan kritis. Sifat kepemudaan sudah lebih positif.
Remaja adalah masa kematangan atau kedewasaan. Masa ini merupakan masa yang paling rawan dalam kehidupan manusia. Anak muda mempunyai tingkat emosional yang sangat tinggi serta mudah terpengaruh oleh segala sesuatu yang didengar dan disaksikan. Oleh karena itu, krisis remaja pada saat ini lebih kompleks dan lebih rawan.
Harapannya adalah pada masa mendatang mereka akan menjadi tiang masyarakat dan memegang tanggung jawab di dalamnya. Remaja adalah pemindah warisan dan kejayaan dari generasi tua ke para remaja atau dari bapak ke cucu. Kalau suatu masyarakat merasa rugi karena generasi mudanya telah rusak, maka masyarakat itu telah kehilangan eksistensinya.
B. Permasalah Pemuda/remaja :
-         Krisis Sosial / Lingkungan
Lingkungan sosial remaja sangat mempengaruhi pembentukan jiwa, tujuan, prinsip, dan sebagainya. Apabila lingkungan telah mengajarkan mereka untuk berbuat menyimpang, maka perbuatan menyimpang tersebut akan menjadi suatu kebiasaan. Dan apabila lingkungan mengajarkan mereka untuk berbuat baik meraka tidak akan terbiasa dan tidak akan bisa untuk berbuat menyimpang. Sehingga sangat kecil kemungkinan bagi mereka yang telah diajarkan oleh lingkungannya tentang menghadapi kerasnya hidup yang pernah masalah, dan menyelesaikannya untuk lari dari masalah mereka ( frustasi ) dan berakibat melakukan aktivitas yang terlarang, seperti mengkonsumsi minuman keras dan narkoba sebagai palariannya. Karena mereka terlalu tegar untuk dirapuhkan.
-         Krisis Iman dan Taqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa
Keimanan dan ketaqwaan seorang remaja sangat mempengaruhi jalan pikiran, tujuan prinsip dan perilaku mereka. Remaja yang selalu beribadah tetapi imtaqnya kurang maka remaja itu masih mudah rapuh. Berbeda dengan remaja yang beribadah dengan ikhlas dan memilih kualitas imtag yang tinggi, dia akan memiliki pengendali diri ( self controlling ) yang kuat menahan dirinya untuk tidak terjerumus pada narkoba, karena dengan imtagnya dia akan menjadi tegar dan berpondasi kuat.
C. Interaksi Sosial Menjelang Dewasa.
Persoalan-persoalan yang penting dalam pertumbuhan seorang pemuda/remaja menjelang dewasa adalah:
1. Pemuda Secara Pribadi dan Masalah Penyesuaian.
Pembicaraan mengenai soal-soal penyesuaian. Agaknya antara lain hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa perubahan syarat-syarat hidup itu selalu meminta kemampuan dari setiap individu untuk menyesuaikan diri sehingga masalah penyesuaian diri menjadi satu masalah yang serius bagi manusia yang tengah berkembang itu.
Dengan bertambahnya pengalaman dan pengetahuan mereka, minat-minat tertentu dapat dikembangkan dan minat-minat yang lain dapat diadakan. Malahan dengan pengalaman dan pengeta­huan baru itu, dapat ambil minat-minat yang baru pula. Nampaknya ada hubungan yang erat antara jenis-jenis minat dengan taraf kematangan seseorang. Pada masa awal, minat umumnya bersifat sangat pribadi dalam arti kata sangat berpusat pada Aku seorang remaja. Tetapi kemudian akan tampak bahwa dengan makin dewasa, minat akan berkembang ke arah sifat sosial. Hal ini nampak baik di dalam kalangan pemuda-pemuda Indonesia maupun di kalangan pemuda-pemuda di luar negeri yang memiliki sifat kebudayaan yang berlainan. Minat bergantung pada pengalaman, tetapi tidak ditentukan olehnya saja sebab sifat-sifat pribadi ikut pula menentukan perkembangannya. Malahan per­kembangan fisik dan pengaruh-pengaruh kelenjar tubuhnyapun dapat mempengaruhi minat seseorang.
Kematangan jiwanya dari tahun ke tahun memperlihatkan perhatian yang mahir  pada kaidah-kaidah sosial dan nilai-nilai kesusilaan yang terdapat dalam masyarakat orang dewasa. Sehingga makin mendekatkan mereka pada taraf kedewasaan makin kokoh dan stabil pula minat-minat mereka terhadap soal-soal tertentu. Umumnya, minat-minat mereka disesuaikan hampir-hampir “dengan sendirinya” dengan norma-norma sosial. Hanya di dalam situasi tertentu di mana seorang pemuda menghendaki sesuatu bentuk yang menyimpang dari norma sosial, barulah mulai timbul persoalan yang serius bagi pemuda/remaja itu sendiri. Keadaan serupa ini dapat menimbulkan situasi konflik yang sangat mempengaruhi sikap dan perbuatan mereka.
Sikap sebagai sebuah bentuk perkembangan, adalah penting sekali di dalam menentukan perbuatan seseorang, oleh karena unsur-unsur penting di dalam sikap mencakup sifat-sifat seperti taraf pengetahuan prasangka, pandangan-pandangan terpola, kecenderungan-kecenderungan serta perasaan-perasaan tertentu mengenai setiap hal, baik di dalam arti yang positif maupun negatif.Prasangka-prasangka yang tertanam sedemikian awal itu nampak kemudian sangat besar pengaruhnya terhadap proses pembentukan Konsep-Aku pada pemuda/remaja.
Secara umum, aspek kepribadian di bidang sikap ini dapat dikatakan lebih bersifat idealistis daripada bersifat realistis. Hal ini menimbulkan kecenderungan mereka untuk – bila diper­lukan — tidak mengikuti “cara” orang dewasa yang usang”. Hanya di dalam hal-hal yang bersifat intelektuil nampak bahwa adolesen lebih mudah berpedoman pada pandangan-pandangan orang dewa­sa, dan bersedia untuk mengikuti sebanyak mungkin.
Sikap-sikap penyesuaian diri para pemuda selanjutnya berkaita dengan :
  1. Pemuda/remaja dengan Keluarga
  2. Pemuda/remaja dengan sesame pemuda
  3. Pemuda/remaja dengan masyarakat.
2. Pemuda/remaja di Persimpangan Jalan
Makin hari makin ramai dibicarakan orang gejala meningkatnya kenakalan atau kejahatan remaja. Sebagian cenderung mempersalahkan sekolah yang gagal menjalankan fungsinya, seba­hagian lagi menyalahkan orangtua (terutama dari apa yang disebut golongan “elite”), sebagian lagi menyalahkan kebudayaan Barat. Ada pula yang menyalahkan pemuda itu sendiri. Bilamana dapat diketahui dengan lebih pasti jumlah dan jenis kenakalan atau keja­hatan yang dilakukan oleh para remaja, kita akan lebih tertegun.
Kejahatan kanak-kanak adalah pengertian juridis, yang menetapkan batas umur tertentu dimana seorang remaja dihadapkan pada pengadilan kanak-kanak bila ketahuan berbuat salah. Pengertian ini terbatas sekali sifatnya sebab tidaklah mempersoalkan kenakalan-kenakalan atau bentuk-bentuk protes yang dimanifestasikan oleh para pemuda dengan tidak usah merupakan sesuatu kejahatan (ditinjau dari ketertiban umum). Kenakalan pemuda sebagian besar adalah persoalan psychologis dan biososial.
Secara populer terdapat pula pendapat bahwa para pemuda yang tergolong nakal pada umumnya adalah pemuda-pemuda yang bertingkat inteligensi rendah. Tetapi penyelidikan-penyelidikan tidak membuktikan kebenaran pendapat tersebut. Kejahatan kanak-kanak terdapat di kalangan pemuda yang berinteligensi agak rendah maupun di kalangan muda yang memiliki inteligensi cukup tinggi. Penyelidikan-penyelidikan tersebut selanjutnya tidak dapat membenarkan pendapat bahwa memang terdapat jenis kelompok manusia tertentu yang mempunyai sifat-sifat kelompok jahat.Akan tetapi di dalam kenyataan sehari-hari memang dapat terjadi bahwa kasus-kasus yang dihadapi oleh petugas-petugas hukum dan oleh para pendidik akan banyak terdiri dari mereka yang tidak tergolong cerdas.
Di dalam keadaan serupa ini, adalah tugas masyarakat untuk menyusun rencana-rencana kegiatan “lingkungan ketiga” (yaitu di dalam masyarakat sendiri, sesudah keluarga dan sekolah) yang bernilai edukatif dan rekreatif. Banyak kegiatan sosial yang dapat dilakukan oleh para pemuda, dan yang akan dilakukan oleh mere-ka dengan kegairahan, bilamana saja penyusunan program itu benar-benar berorientasi pada tahap-tahap perkembangan pemuda.
Organisasi pencinta alam, organisasi kepanduan, kegiatan-kegiatan ilmiah regu-regu kesejahteraan sosial, olahraga dan kesenian, dan banyak lagi ternyata selalu menarik perhatian mereka untuk mereka jadikan bidang-bidang eksplorasi membentuk pribadi dan menemukan identitas mereka.
II. ORGANISASI DAN MANAJEMEN
Banyak pertanyaan yang sering muncul ketika kita masuk atau mengikuti kegiatan sebuah organisasi diantaranya :
  1. Motivasi Apa saya masuk organisasi ?
  2. Apa dan bagaimana itu Organisasi ?
  3. Siapa saja didalam organisasi ?
  4. Apa yang kita lakukan di Organisasi ?
  5. Apa dan bagaimana itu management ?
  6. Apa pula management organisasi
Motivasi adalah dorongan seseorang untuk melakukan tindakan atau perbuatan, sehingga seseorang tentunya memiliki dorongan dalam dirinya untuk masuk sebuah lembaga atau oraganisasi diantaranya :
  1. Fisiologis yaitu mencari kebutuhan hidup
  2. Kasih sayang yaitu dorongan untuk bergaul dengan individu lainya
  3. Pengakuan yaitu dorongan karena dia ingin diakui
  4. Penghargaan yaitu dorongan karena dia ingin dihargai kemampuannya.
  5. Aktualisasi diri yaitu dorongan dia karena ingin memperluas wawasan.
A. PENGERTIAN ORGANISASI
Menurut Indriyo G.S dan Nyoman Sudita “ Organisasi adalah suatu system yang terdiri dari pola aktivitas kerjasama yang dilakukan secara teratur dan berulang-ulang oleh sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan
Organisasi yaitu orang – orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan yang dilakukan berdasar atas suatu aturan tertentu dan penjabaran fungsi pekerjaan secara formal.
B. Tujuan dan Manfaat
  1. Secara umum
Agar proses pekerjaan tercapai dengan cara diatur, disusun sehingga seluruh pekerjaan dapat diselesaikan secara efktif dan efisien.
  1. Secara khusus
    1. Bidang agama                         5. meningkatkan pendidikan moral dan iman.
    2. Bidang sosial                          6.  kemanusiaan
    3. Bidang ekonomi                      7. mencari laba
    4. Bidang politik                         8.  mencari kekuasaan
c. Manfaat yang diharapkan adalah agar pelaksanaan tugas dilakukan lebih baik terkoordinir dan tujuan serta jalannya pekerjaan tercapai secara efektif dan efisien.
  1. C. Asas / prinsip organisasi
    1. Asas / prinsip perumusan dan penentuan tujuan
    2. Asas / prinsip pembagian kerja
    3. Asas / prinsip pendelegasian wewenang
    4. Asas / prinsip organisasi
    5. Asas / prinsip efisiensi sederhana
    6. Asas / prinsip pengawasan umum
  1. Struktur Organisasi Garis
Digunakan pada perusahaan / lembaga yang sederhana / kecil
  1. Struktur Organisasi Fungsional
Susunan organisasi yang memberikan gambaran pembagian tugas dan wewenang menurut fungsi pekerjaan
III. PENGERTIAN MANAGEMEN SECARA UMUM
Managemen yaitu proses yang terdiri dari rangkaian kegiatan. Kegiatan : perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengendalian / pengawasan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu yang ditetapkan melalui pemanfaatan SDM dan sumber daya lainnya.
A. MANAGEMEN SEBAGAI ILMU DAN SENI
  1. 1. MANAGEMEN SEBAGAI ILMU
Diartikan sebagai upaya pencapaian tujuan dengan pendekatan, menjelaskan fenomena, gejala,  dan mentransformasikan dan mengidentifikasikan berdasar kaidah ilmiah.
Ciri – ciri  :
(1).  Prinsip – prinsip managemen dapat dipelajari
(2).  Pengambilan keputusan didekati dengan kaidah ilmiah
(3).  Obyek dan sarana sebagian elemen bersifat materi
2. MANAGEMEN SEBAGAI SENI
Diartikan sebagai pendekatan pencapaian tujuan lebih banyak dipengaruhi oleh kekuatan pribadi, bakat, karakter pelaku managemen.
Ciri – ciri  :
(1).  Keberhasilan pencapaian tujuan dipengaruhi oleh sifat dan bakat
(2).  Dalam proses pencapaian tujuan melibatkan unsur naluri, perasaan dan intelektual
(3). Faktor yang menentukan keberhasilan dalam pekerjaan adalah kekuatan pribadi yang kreaif ditambah skill.
B. FUNGSI – FUNGSI MANAGEMEN
Fungsi manager dalam managemen secara menyeluruh  :
(1).  Planing atau perencanaan
Merencanakan kegiatan yang hendak dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(2).  Organising atau pengorganisasian
Menyusun, menentukan, menetepkan, jenis tugas dan kewajiban setiap fungsi.
(3).  Staffing atau penyusunan staf
Penyusunan dan penetapan serta pengembangan meliputi kegiatan mulai merekrut pegawai, usaha memanfaatkan, mengembangkan sampai mendayaguna secara maksimal.
(4).  Directing atau pengarahan
Memberikan komando, mengerakkan dengan memberi perintah, juga memberikan kepemimpinan kepada bawahan supaya dapat melaksanakan tugas secara efektif dan efisien.
(5).  Coordinating atau pengkoordinasian
Yaitu mengkoordinir seluruh pekerjaan diantara pekerjaan yang satu dengan yang lain merupakan totalitas.
(6).  Controlling atau pengawasan
Usaha untuk memberikan penilaian, koreksi, evaluasi atas semua kegiatan dan secara terus – menerus melakukan monitoring baik pekerjaan yang sedang dilakukan ataupun pekerjaan yang sudah dilakukan.

C. Efektifitas Individu, Kelompok, dan Organisasi

Efektifitas dapat diartikan sebagai sebuah prestasi (perfomance) Individu, Kelompok, dan organisasi. Semakin berprestasi seseorang, Kelompok ataupun  organisasi, semakin menunjukkan efektivitasnya. Analisis terhadap perilaku Organisasional (organizational befavior) terdiri dari tingkatan (level) yaitu Individu, Kelompok, dan organisasi.
Perspektif Terhadap Efektifitas dapat diidentifikasi menjadi efektifitas Individu,kelompok, dan organisasi. Penyebab Efektifitas tidak lain adalah adanya Individu, Kelompok, dan organisasi. Seperti ditunjukkan pada gambar  berikut ini
Efektifitas Individu
  • Kemampuan
  • Keahlian
  • Pengetahuan
  • Sikap
  • Motivasi
  • Stres
Efektifitas  kelompok
  • Keakraban
  • Kepemimpinan
  • Struktur
  • Status
  • Peranan
  • Norma
Efektifitas  Organisasi
  • Lingkungan
  • Teknologi
  • Pemilihan
  • Strategi
  • Struktur
  • Proses
  • Kultur
Keterangan:
  1. Menunjukkan bahwa Efektifitas Kelompok Lebih Tinggi dibandinkan dengan sekedar penjumlahan individu.
  2. Begitu Juga efektifitas Organisasi adalah lebih tinggi dibandingkan dengan penjumlahan efektifitas kelompok.
  3. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi organisasi lebih tinggi dibandingkan dengan penjumlahan prestasi bagian-bagian yang ada dalam organisasi.
Pendekatan Efektifitas è untuk dapat mencapai suatu target sasaran efektifitas organisasi memerlukan beberapa pendekatan yang akan berguna untuk memberikan jalur searah dalam mencapai tujuan organisasi. Pendekatan tersebut :
  1. Pendekatan Tujuan ð menetapkan suatu target yang akan dicapai oleh organisasi dan efektivitas ditentukan dengan mengukur tercapainya tujuan (target) tersebut.
  2. 2. Pendekatan Teori Sistem ðTeori sistem ini menekankan pentingnya organisasi terhadap permintaan dari luar (external demand) sebagai kriteria untuk menentukan efektifitas. Bisa dilihat pada alur gambar  dibawah ini :
Input ———-à Proses ———-à Output ————-à Lingkungan
********

Sumber:  http://bayu96ekonomos.wordpress.com

No comments:

Post a Comment